Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku Utara pada kuartal II 2025 tembus hingga 32,09%, menjadikannya menempati posisi tertinggi di Indonesia. Bahkan, pertumbuhan ekonomi salah satu kabupaten di sana tembus hingga 70%.
Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoanda Laos mengatakan, kondisi ini membuktikan bahwa pemerintah provinsi (pemprov) sangat serius dalam menciptakan iklim investasi yang baik, sehingga investor yang hadir bertumbuh secara optimal.
“Maluku Utara pertumbuhan ekonominya tertinggi di Indonesia, dan mungkin di dunia, saya tidak tahu data pastinya. Ketika pertumbuhan nasional targetnya di 8% dan saat ini baru di 5%, kita provinsi Maluku Utara pertumbuhan ekonominya di 32%. Itu di level provinsi,” kata Sherly, dalam acara Landbank Strategic Partnership Forum di Wisma BNI 46, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
Kemudian berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per akhir 2024, lanjut Sherly, nilai investasi yang sudah masuk di Provinsi Maluku Utara mencapai sekitar Rp 60 triliun.
“Kami, pemerintah Provinsi Maluku Utara, sangat serius dalam menciptakan iklim investasi yang baik, sehingga investor yang hadir bertumbuh secara optimal dan itu bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi kami di Provinsi Maluku Utara,” ujarnya.
Sherly mengatakan, saat ini Pemprov Maluku Utara tengah fokus pada pemanfaatan lahan untuk optimalisasi penanaman kelapa sebagai salah satu komoditas unggulan. Pengembangan kelapa berkaca pada permintaan komoditas tersebut yang diproyeksi masih akan terus bertumbuh.
Menurutnya, kelapa dan produk turunannya memiliki permintaan yang sangat tinggi, baik untuk buahnya, santan, hingga coconut milk. Kebutuhan coconut milk sendiri mencapai 1 juta liter per hari dan saat ini dunia dalam kondisi kekurangan kelapa.
Sementara itu, Maluku Utara kini sudah menghasilkan sekitar 6 juta buah kelapa per hari. Saat ini sudah ada dua pabrik produk turunan kelapa, dan dua lainnya sedang dalam pembangunan. Meski demikian, Sherly menilai, daerahnya masih punya potensi besar untuk dikembangkan.
Dari total 273 ribu hektare lahan Areal Penggunaan Lain (APL), yang sudah dimanfaatkan baru 70 ribu hektare. Masih ada potensi 220 ribu hektare lagi yang kemudian bisa dipetakan dan dimanfaatkan untuk pengembangan berbagai komoditas pertanian, termasuk kelapa.
“Maluku Utara punya lahan tidur yang siap dioptimalkan untuk ditanam kelapa. Selain itu ada jagung, cengkeh, pala, coklat. Melalui kemitraan dengan Badan Bank Tanah, diharapkan bahwa kepastian hukum dan legalitas tanah lebih aman dan lebih cepat,” kata Sherly.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Akses langsung ke kawasan strategis pun bisa disinkronkan dengan tata ruang sesuai dengan data dari kami pemprov, dan kami akan memberikan pendampingan dan pelayanan maksimal untuk memastikan investor dan investasinya optimal,” sambungnya.