Pemerintah terus memperluas perjanjian dagang ke berbagai negara. Hal itu menjadi modal Indonesia untuk memperkuat perdagangan dan perekonomian di tengah ketidakpastian global.
Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri mengatakan lesunya perdagangan global saat ini dipengaruhi oleh meningkatnya ketidakpastian geopolitik. Kondisi itu yang diyakini memang akan berpengaruh besar pada perdagangan negara.
“Itu juga membuat kita untuk berpikir ulang bagaimana kemudian kita bisa penetrasi ke market-market di luar dari market yang selama ini sudah menjadi tujuan utama kita sebelumnya. Kita juga bisa berpikir bahwa pada dasarnya banyak sekali kesempatan atau oportunitas yang juga bisa berkembang di tengah berbagai ketidakpastian yang ada,” kata dia dalam Outlook Perjanjian Perdagangan Internasional Indonesia dalam Trade Expo Indonesia (TEI), di ICE BSD, Tangerang, Kamis (16/10/2025).
Posisi Indonesia juga strategis saat ini. Roro menyampaikan, dalam dua dekade terakhir, pusat gravitasi ekonomi dunia bergeser dari barat ke timur. Dengan Asia kini menyumbang lebih dari 40% ke PDB global.
“Sebagai ekonomi terbesar di ASEAN, Indonesia juga memiliki posisi strategis untuk memperkuat integrasi ekonomi regional dan berperan aktif dalam rantai pasok global. Bagi Indonesia, semua ini bukan semata tantangan, tetapi juga peruang untuk menata ulang posisi kita dalam rantai nilai global dari supplier of raw materials menjadi hub of value-added production and sustainable trade, terutama di kawasan Indo-Pasifik,” ungkapnya.
Untuk diketahui, Indonesia telah melakukan 24 perjanjian dagang baik itu Preferential Trade Agreement (PTA), Free Trade Agreement (FTA) dan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan 30 negara.
Melalui perjanjian dagang itu menjadi strategi Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi melalui perluasan akses pasar global.
Adapun manfaat dari perjanjian dagang yang dimiliki Indonesia di antaranya, menjaga daya saing Indonesia, akses ekspor antar negara tanpa hambatan atau bebas tarif, hingga meningkatan jumlah ekspor di tengah ketidakpastian global.
Sejauh ini, 68,05% ekspor Indonesia ditujukan ke negara-negara mitra FTA dan 73,50% impor Indonesia berasal dari mitra FTA. Adapun secara kolektif, FTA Indonesia mewakili 34,54% impor global, 26,68% PDB global, dan 47,56 persen populasi dunia.
Akses ekspor ini tidak hanya berlaku untuk usaha besar, tetapi usaha, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga dipastikan dapat mendapatkan manfaat dari perjanjian dagang.