Indonesia bersama Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) akan segera menandatangani kesepakatan perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA). Melalui kesepakatan baru ini, sejumlah komoditas ekspor akan dikenakan tarif 0%.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, perjanjian dagang baru ini berpotensi akan membuka peluang pasar di negara-negara anggota EAEU yaitu Kazakhstan, Rusia, Armenia, Belarusia, dan Kyrgystan.
Indonesia-EAEU FTA akan membuka peluang terhadap lebih dari 90% produk ekspor asal RI bebas dari tarif impor. Produk tersebut mulai dari komoditas perkebunan seperti sawit hingga produk tekstil.
“Kita bisa masuk ke negara-negara Belarusia dan EAEU terkait produk-produk kita seperti tekstil, produk tekstil, alas kaki, CPO. Ya kita mempunyai potensi pasar yang cukup bagus di sana,” kata Budi, ditemui usai acara Strategic Forum Perdagangan Internasional: Indonesia-EAEU FTA di Hotel Fairmont Jakarta, Senin (15/12/2025).
Pemerintah RI dan EAEU menargetkan, penandatanganan kerja sama perdagangan bebas ini dapat berlangsung paling cepat pada 20-21 Desember 2025 di EAEU Summit, St Petersburg, Rusia.
Perdagangan sektor prioritas ekspor akan digeber, antara lain sawit dan produk turunannya, karet alam, biji kopi mentah, produk perikannan, tesktil dan alas kaki, produk kakao, furnitur, mesin dan peralatan listrik, produk makanan dan minuman, minyak atsiri, bahan kimia dasar, hingga kayu dan produk kayu.
Dengan kehadiran perjanjian kerja sama ini nantinya, terdapat sejumlah produk yang akan mendapatkan 0% tarif secara keseluruhan saat pemberlakuan, antara lain sawit dan produk turunannya, alas kaki, udang, karet alam, biji kopi mentah, sutra, dan minyak atsiri.
Lalu produk yang mendapatkan 0% tarif secara keseluruhan melalui Tariff Rate Quota (TRQ), antara lain mentega, lemak, dan minyak kakao, bubuk kakao, serta ekstrak, esense, dan konsentrat kopi.
Ada juga produk yang mendapatkan eliminasi tarif hingga 0% dalam 3-10 tahun, antara lain tekstil dan produk tekstil, ikan dan produk perikanan, kayu dan produk kayu, furniture, mesin dan peralatan listrik, produk makanan dan minuman, serta bahan kimia dasar.
“Saya kira itu prinsipnya adalah bagaimana kita meningkatkan hubungan kerja sama,” ujar Budi.
Indonesia-EAEU FTA diproyeksikan memberikan dampak positif, termasuk pertumbuhan ekonomi sebesar 2,36%, peningkatan kesejahteraan hingga US$ 22,2 miliar, serta potensi peningkatan ekspor Indonesia khususnya untuk produk minyak dan lemak nabati, makanan, serta pakaian jadi.






