Rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) relatif stagnan, yakni level 30% selama satu dekade terakhir. Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) serta Perhimpunan Bank Nasional (PERBANAS) memperkuat sinergi antara perbankan dan fintech sebagai langkah krusial dalam memperluas akses kredit nasional.
Sekretaris Jenderal PERBANAS, Anika Faisal menyampaikan peningkatan rasio kredit nasional hanya dapat dicapai melalui penguatan intermediasi dan kolaborasi antar pelaku industri jasa keuangan. Menurutnya, sinergi perbankan dan fintech menjadi penting untuk memperluas jangkauan kredit, khususnya ke luar Jawa dan ke sektor-sektor prioritas yang selama ini belum sepenuhnya terlayani. Dengan menggabungkan jaringan luas dan kapabilitas manajemen risiko perbankan dengan inovasi teknologi dari fintech, perluasan akses kredit dapat berjalan lebih mudah, cepat, dan adaptif.
“Adanya simbiosis antara kedua sektor ini mampu meningkatkan jangkauan pelayanan sekaligus memperluas pilihan produk kredit bagi berbagai segmen masyarakat,” ujarnya dalam keterangannya, dikutip Jumat (14/11/2025).
Kendati begitu, Anika menyoroti adanya sejumlah tantangan, kolaborasi ini harus diimbangi dengan regulasi perlindungan konsumen yang kuat serta penegakan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan inovasi yang bertanggung jawab. Kolaborasi kedua sektor yang lebih terarah merupakan kunci untuk menjawab kebutuhan pembiayaan, termasuk gap kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mencapai sekitar US$ 234 miliar.
Ketua Departemen Perbankan AFTECH, Dedy Sahat menyebut ruang untuk memperluas akses kredit di Indonesia masih sangat besar. Hal ini tergambar dari hasil survei yang dilakukan AFTECH bersama Mandala Consulting yang menunjukkan masih terdapat 4,5% populasi yang unbanked atau tidak memiliki akun bank, dan 36% yang underbanked atau tidak memiliki akses kredit. Kondisi ini memperlihatkan bahwa meski adopsi teknologi meningkat, inklusi kredit masih menghadapi tantangan struktural.
“Tentunya ini adalah tantangan yang tidak bisa langsung dijawab dengan satu solusi saja. Bank tetap memegang peran penting, namun sektor digital juga muncul sebagai solusi dengan pertumbuhan tercepat saat ini, seperti pemberian akses kredit melalui perusahaan fintech seperti platform pinjaman daring (pindar),” katanya.
Pihaknya terus berupaya menjembatani kolaborasi lintas sektor untuk memenuhi dan memperluas kebutuhan akan akses keuangan digital tersebut. Dedy menekankan bahwa forum diskusi AFTECH dan PERBANAS ini yang merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam perayaan Bulan Fintech Nasional (BFN), adalah wujud komitmen bersama antara sektor fintech dan sektor perbankan untuk memperkuat kepercayaan, menyelaraskan perspektif, dan mendorong terciptanya inovasi yang lebih inklusif.
Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Indarto Budiwitono yang turut hadir pun menyampaikan dukungan penuh terhadap terselenggaranya kegiatan forum diskusi ini. “OJK mendukung penuh kegiatan hari ini dan berharap kegiatan ini dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi perkembangan industri fintech ke depannya,” ujar Indarto.
