Perang antara Israel dan Iran ternyata akan memberikan keuntungan bagi Rusia. Bagaimana bisa? Memanasnya perang Israel dan Iran telah mengerek harga minyak global. Harga minyak mentah brent sebagai patokan global melonjak dari US$ 69,36 menjadi US$ 75 per barel.
Jika harga brent terus naik, kemungkinan akan mendorong harga patokan minyak Rusia, ural. Komoditas minyak telah menjadi sumber pendapatan negara yang cukup besar bagi Rusia dengan persentase 35% sampai 40%.
Dengan kenaikan harga minyak, negara tersebut akan mendapatkan keuntungan di tengah memanasnya geopolitik Timur Tengah. Keuntungan ini akan menjadi durian runtuh bagi Rusia di tengah menurunnya harga minyak yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
“Anggaran Rusia secara langsung bergantung pada harga minyak. Semakin tinggi harganya, semakin baik bagi Rusia,” kata analis energi yang berbasis di Warsawa, Wojciech Jakobik, dikutip dari The Kyiv Independent, Sabtu (14/6/2025)
Sementara, Kepala ekonom Argus Media, David Fyfe, mengatakan data menunjukkan harga minyak Rusia telah turun 14% dari tahun-ke-tahun pada Januari hingga Mei 2025. Sebelumnya penurunan itu terjadi karena terdapat batasan harga minyak Rusia dari negara-negara G7.
Sebagai informasi negara G7 terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat (AS). Akibat kebijakan itu, Rusia kehilangan lebih dari US$ 150 miliar dari penghasilannya di sektor energi selama tiga tahun terakhir. Namun kerugian itu belum memberikan pukulan yang melumpuhkan Rusia.
Menurut Fyfe, kekhawatiran utama yang akan memengaruhi kenaikan harga minyak secara signifikan adalah rencana Iran memblokir Selat Hormuz. Pemblokiran itu akan berdampak panjang pada permintaan minyak global.
“Berarti Iran memblokir ekspor minyaknya sendiri, jadi itu hanya akan menjadi pilihan terakhir dari Teheran,” tambah Fyfe.
Diketahui, saat ini bukan pertama kalinya harga minyak naik karena ketegangan di kawasan Timur Tengah. Serangan rudal Iran terhadap Israel pada tanggal 1 Oktober 2024 juga menyebabkan harga minyak melonjak hampir US$ 10 per barel.
Situasi sekarang lebih mendekati batas daripada pada bulan Oktober. Saat itu, Israel mengatakan tidak akan menargetkan fasilitas nuklir dan minyak Iran. Namun kali ini, Israel telah mengenai jantung di mana tempat program nuklir Iran diproduksi.