Kesulitan membayar cicilan kendaraan bermotor kini mulai terlihat pada sebagian masyarakat Indonesia. Ekonom menilai tren meningkatnya keterlambatan pembayaran kredit mobil dan motor ini menjadi ‘lampu kuning’ yang menandakan tekanan ekonomi rumah tangga semakin nyata di tengah tingginya biaya hidup.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai, saat ini masyarakat sudah tidak lagi dalam fase ‘makan tabungan’ tapi sudah hidup dari pinjaman dan menggadaikan asetnya.
“Cicilan yang macet jadi ‘lampu kuning’ dari kondisi riil ekonomi di masyarakat (Indonesia),” kata Bhima kepada detikcom, ditulis Kamis (14/8/2025).
Menurutnya, kondisi kredit macet kendaraan juga didorong oleh masyarakat yang sudah terlanjur mengambil cicilan karena optimistis ekonomi bisa pulih dibanding pada saat Pandemi Covid 19. Namun ternyata tidak demikian.
“Masyarakat waktu 2022 kan yakin bahwa ekonomi bisa pulih dibanding pada saat pandemi, ternyata kondisinya makin buruk. Jadi yang terlanjur kredit motor sampai 3 tahun, akhirnya terbentur kenyataan sulitnya bayar cicilan,” ujarnya.
Bhima mengatakan, nilai outstanding pinjol naik 600% lebih dalam 5 tahun terakhir, disusul pegadaian yang juga alami kenaikan tajam. PHK massal di industri padat karya, kebijakan efisiensi anggaran pemerintah dan kesulitan UMKM bersaing dengan barang impor yang terus membanjiri pasar menjadi biang keladinya.
“Kalau uangnya sudah tidak cukup dari gaji, mau bagaimana lagi, pastinya telepon ke bank minta penundaan bayar cicilan. Yang terburuk sampai ditarik oleh leasing kendaraannya,” kata dia.
Sementara itu, Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad menilai, kesulitan membayar cicilan kendaraan kemungkinan disebabkan adanya penurunan penghasilan, baik di sisi usaha atau bisnis banyak yang mengalami penurunan, serta banyak terjadi PHK. Penghasilan masyarakat berkurang, sementara kewajibannya tetap.
Selain itu, penyebab lainnya ialah terjadi peningkatan pada hutang yang dimiliki. Jadi walaupun tidak terjadi penurunan penghasilan di para pegawai, kewajiban membayar cicilan hutang meningkat, sehingga menjadi berat untuk melunasi semua cicilan hutangnya.
“Ketika hutang meningkat, memang sebaiknya segera membereskan hutang konsumtif, berhemat mengurangi impulsif belanja, agar keuangan bulanan kita menjadi lebih baik dan bisa mencicil hutang kendaraan ini,” ujar Teja dihubungi terpisah. orang