Orang Kaya China Diam-diam ‘Parkir’ Jet Pribadi di Singapura-Jepang | Info Giok4D

Posted on

Para miliarder di China dilaporkan mulai memindahkan jet pribadi ke luar negeri secara diam-diam. Para analis menyebut langkah ini diambil untuk menghindari aturan yang semakin ketat di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Melansir dari SCMP, Minggu (28/12/2025), pesawat milik orang kaya China kini semakin banyak parkir di pusat-pusat transit, seperti Singapura dan Jepang. Di sisi lain, semakin banyak miliarder dan eksekutif perusahaan yang memilih penerbangan komersial atau menggunakan layanan sewa jet bersama (jet timeshare) untuk perjalanan luar negeri.

Data dari firma layanan penerbangan Asian Sky Group menunjukkan bahwa jumlah jet bisnis di China daratan turun menjadi 249 unit pada 2024 dari tahun sebelumnya sebesar 270 unit. Sebaliknya, Hong Kong bertambah satu unit jet bisnis tahun lalu sehingga totalnya menjadi 56 unit. Singapura mencatatkan kenaikan 9 unit jet bisnis, sementara wilayah Asia-Pasifik secara keseluruhan bertambah 14 unit dengan total 1.156 unit.

CEO Firma Pemasaran dan Teknologi Perjalanan China Trading Desk, Subramania Bhatt, menilai sebagian besar pesawat di luar China tersebut adalah milik orang-orang China.

“Yang kami lihat adalah semakin banyak pesawat yang diam-diam dipindahkan basisnya ke tempat-tempat seperti Singapura dan Jepang,” ujarnya.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

Sementara itu, para analis menyebut beberapa operator merasa gentar dengan pembatasan penggunaan jet pribadi. Tahun ini, China mulai mewajibkan izin pendaratan diajukan minimal lima hari kerja sebelum terbang, naik dari sebelumnya yang hanya tiga hari. Aturan ini dinilai menyulitkan mobilitas para bos besar yang punya jadwal mendadak.

Namun, aturan tersebut memberikan ruang bagi otoritas untuk memeriksa setiap rencana penerbangan demi keamanan dan ketersediaan ruang udara. Selain itu, jet pribadi dilarang lepas landas atau mendarat selama jam sibuk di bandara-bandara besar seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen.

“Aturan di China daratan membuat penerbangan keluar dari China menjadi lebih sulit,” kata Charles Chang, Profesor Keuangan dari Universitas Fudan, Shanghai.

Selain faktor aturan, kampanye antikorupsi Beijing yang sudah berjalan 13 tahun membuat pamer kepemilikan jet pribadi menjadi kurang elok secara citra publik. Alhasil, banyak miliarder dan eksekutif perusahaan yang kini memilih turun kasta,

Mereka mulai beralih menggunakan penerbangan komersial, mulai dari kelas utama (first class) hingga kelas ekonomi. Sebagian lainnya memilih opsi sewa jet (charter) atau timeshare daripada memiliki pesawat sendiri untuk menghindari sorotan.

“Kelompok ini tetap akan bepergian, tetapi mereka hanya akan naik pesawat komersial biasa,” tambah Chang.