Fatchul Hidayah Clarine Yuzlar tak pernah terbayangkan sedekah kecil dengan memberikan buku kepada anak-anak beberapa tahun lalu justru membuka jalan rezeki besar baginya. Kini ia bisa menghasilkan omzet hingga puluhan juta dari hasil penjualan buku pop up.
Fatchul bercerita, bisnisnya bermula tanpa rencana besar. Pada 2017, rumahnya di daerah Ujungberung, Bandung, Jawa Barat, sering didatangi anak-anak untuk bermain. Kemudian ia mengadakan aktivitas menggambar, mewarnai, dan berbagai kegiatan seni lainnya dan memberikan hadiah berupa buku untuk anak-anak yang datang, maka terbitlah ruang kreatif bernama Kreatifafa.
“Saya pengin mengapresiasi mereka gitu terus akhirnya kita bikin kayak lomba menggambar, tapi lomba menggambarnya itu ketentuannya adalah mereka tuh harus juga ini, telling the story. Seumpama nih cita-citaku menjadi dokter kenapa sih, kenapa aku pengin jadi dokter jadi dia juga belajar untuk presentasi nah saya juga menyediakan 30 hadiah juga buat mereka,” katanya kepada detikcom, ditulis Selasa (2/12/2025).
Namun aktivitas kegiatan bermain dengan anak-anak di rumahnya berhenti pada 2019 ketika dirinya mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Saat menempuh pendidikan, ia berjanji akan kembali memberikan hadiah buku pop up kepada 30 anak yang sering berkunjung ke rumahnya.
Setetah pulang dari menempa ilmu, ia kemudian langsung membuat 250 buku pop up, 30 di antaranya diberikan ke anak-anak dan sisanya ia berikan kepada teman-temannya yang mempunyai Taman Kanak-kanak (TK) dan musala sekitar.
“Banyak temen-temennya dia atau tetangganya nggak kebahagiaan karena kan emang jarang main ke rumah saya. Nah, mereka bilang kalau mau beli, aku mau beli, nah dari respons kayak gitu tapi kita bisa jawab, karena kan kita memang niatnya nggak bikin untuk dijual kan. Nah, dari situ baru kita putuskan untuk oke, kita bikinlah,” katanya.
Tekad sudah bulat, kemudian ia memproduksi 500 buku pop up yang dipamerkan di festival buku internasional yakni Big Bad Wolf (BBW). Tak tanggung-tanggung ia merogoh kocek Rp 70 juta untuk membuat 500 buku pop up hingga akhirnya habis terjual.
Ia mengatakan bahwa uang yang didapatkan dari hasil penjual tersebut hanya sekitar Rp 30 juta. Hal ini dikarenakan ia melibatkan berbagai pihak yang memang membutuhkan biaya yang besar untuk menghargai sebuah karya, serta belum menemui vendor yang harganya tidak terlalu mahal.
“Jadi, sebenarnya kalau dihitung-hitung secara awal karena kita learning by doing dan kita menjelaskan bisnis ini adalah bisnis yang baru, jadi malah kelihatannya kalau secara profit nggak banyak, karena kan larinya ke membeli hal-hal yang baru kan beda. Jadi, sebenarnya ketika sekarang sudah running kelihatan nih profitnya,” katanya.
Tidak Hanya Jual Buku Pop Up
Kini Kreatifafa memiliki markas di Yogyakarta tidak hanya menjual buku pop up saja, melainkan juga merchandise, board game, animasi, hingga menyelenggarakan berbagai aktivitas.
Seiring berjalannya waktu, Kreatifafa mendapatkan kesempatan untuk mewakili Indonesia dalam ajang pameran buku di Arab Saudi. Kini hak cipta sejumlah judul karya Kreatifafa telah dibeli oleh negara seperti Arab Saudi dan Jerman.
Kini omzet yang dihasilkan Kreatifafa dari jualan buku pop up hingga merchandise bisa sekitar Rp 30-50 juta dan juga kini sudah mempunyai pondok pesantren.
“Per bulannya ya Rp 30 hingga Rp 50 juta. Itu sudah turun naik Rp 30 sampai Rp 50 juta,” katanya.
