Menteri P2MI Ungkap Alasan Orang Asing Senang Pekerjakan WNI baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Citra Pekerja migran Indonesia (PMI), khususnya yang bekerja di ranah pekerjaan rumah tangga, terbilang cukup unggul di mata negara lain. Pekerja Indonesia tidak hanya terkenal ulet, tetapi juga bersedia untuk mengerjakan pekerjaan di luar tupoksi kerjanya.

Hal ini disampaikan oleh Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Mukhtarudin. Menurutnya, keunggulan-keunggulan tersebutlah yang membuat negara-negara lain mengincar pekerja domestik dari Indonesia.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.

“Image pekerjaan migran Indonesia itu bagus. Orang Indonesia itu bagus, bersih, tenggang rasanya ada. Kalau temannya berhalangan, dia bisa gantiin. Jam kerja misalnya lewat dikit-dikit, nggak apa-apa,” kata Mukhtarudin, dalam acara Edukasi Keuangan Bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Puri Ardhya Garini, Jakarta Timur, Senin (10/11/2025).

“Atau misalnya sebenarnya ada pekerjaannya cuma 10, mungkin diminta (kerjakan) 11, 12, oke-oke juga. Misalnya caregiver, mereka hanya ngurusin orang tua, kemudian diminta untuk membersihkan kamar juga dibersihin. Jadi itu ternyata membuat pihak-pihak daripada pemberi kerja juga senang,” sambungnya.

Mukhtarudin mengatakan, pekerja asal Indonesia terkenal dengan budaya yang baik, bekerja dengan ulet, tekun, dan jujur. Sedangkan tidak semua negara punya nilai-nilai tersebut, sehingga tenaga kerja Indonesia terus dicari.

“Kelebihan ini yang kita tunjukkan kepada negara lain, sehingga mereka senang sama pekerja-pekerja Indonesia. Terutama kebersihan, mereka senang Indonesia. Dibandingkan beberapa negara lain, saya tidak sebut, ada yang jorok dan apa-apa, mereka sudah mulai gelisah,” ujarnya.

Keunggulan-keunggulan ini menjadi modal besar yang perlu terus dipertahankan dan ditonjolkan para pekerja RI. Tidak hanya kuantitas, Mukhtarudin menekankan pentingnya meningkatkan kualitas dari para pekerja.

“Anak-anak semua juga menjadi corong bagi Indonesia untuk duta pekerja migran kita di negara lain. Cermin juga dari budaya yang ada di negara Indonesia untuk kita tunjukkan kepada bangsa lain bahwa kita adalah bangsa yang toleran, bangsa yang penuh dengan gotong royong, saling menolong, itu harus kita tunjukkan dengan negara lain agar kita bisa memberikan keunggulan,” kata dia.

Mukhtarudin menambahkan pentingnya prosedur resmi dalam perekrutan tenaga kerja. Sebab, masih banyak pekerja migran yang berangkat ke luar negeri lewat jalur-jalur tidak resmi seperti agensi dan biro yang tidak jelas.

Langkah tersebut justru sangat berisiko, di mana para pekerja ini akan kesulitan memperoleh perlindungan dari negara. Jangan sampai para pekerja justru malah menjadi korban kejahatan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

“Akhirnya penipuan, akhirnya TPPO, perdagangan orang dan lain-lain. Misalnya di Kamboja, Myanmar yang baru-baru kejadian hari ini, itu semuanya berangkat tidak prosedural dan itu yang banyak masalah. Alhamdulillah yang bekerja jelas jobnya, jelas perusahaannya, jelas negaranya, hampir tidak ada masalah, tidak ada persoalan,” ujarnya.