Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menargetkan program hilirisasi pertanian dapat menyerap 1,6 juta tenaga kerja. Target itu dapat tercapai hingga dua tahun ke depan.
“(Sebanyak) 1,6 juga target kita, dua tahun lah (dapat tercapai),” kata dia di Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (9/10/2025).
Amran mengatakan produk pertanian yang berpotensi besar dapat menghasilkan nilai tambah bagi negara dan masyarakat yakni dari perkebunan, yakni kopi, kakao, mete, hingga kelapa dalam.
“(Target penyerapan tenaga kerja dari) Program hilirisasi perkebunan kopi, kakao, mente, kelapa dalam,” lanjutnya.
Sebelumnya diketahui pengembangan hilirisasi sektor pertanian dan perkebunan membutuhkan dana dan investasi sangat besar. Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan perlu melibatkan pihak swasta serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Adapun kebutuhan investasi untuk mendukung hilirisasi pertanian diperkirakan mencapai Rp 371,6 triliun, yang berasal dari berbagai sumber.
“Ini adalah program hilirisasi perkebunan. Ini bisa menciptakan lapangan kerja. Anggaran kita rencanakan Rp 371 triliun, dengan melibatkan BUMN, swasta, dan dana KUR sebesar Rp189 triliun,” ujar Amran usai Rapat Koordinasi Percepatan Pelaksanaan Program Hilirisasi Komoditas Prioritas Perkebunan di Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta, Senin (22/9/2025) lalu.
Dalam paparannya, Amran menyebutkan sejumlah komoditas yang menjadi prioritas hilirisasi, antara lain kelapa dalam, kakao, mete, kopi, tebu, kelapa sawit, ayam, lada, pala, ubi kayu, bawang putih, cold chain, kacang tanah, hingga kapas.
Secara lebih rinci, estimasi investasi BUMN sebesar Rp89 triliun akan diarahkan untuk hilirisasi komoditas seperti beras, kelapa sawit, tebu, kakao, kelapa, kopi, mete, lada, pala, gambir, karet, dan benih. Hilirisasi ini akan melibatkan sejumlah BUMN pangan seperti Agrinas, PTPN, dan ID FOOD.
