Tumbangnya sejumlah ritel modern hingga pusat perbelanjaan Indonesia terjadi beberapa tahun belakangan ini. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso pun mengungkap sejumlah penyebab mengapa kondisi itu terjadi.
Budi mengakui banyak ritel modern hingga pusat perbelanjaan yang angka okupansinya telah menurun tajam. Penyebab pertama, pergeseran pola belanja dan konsumsi masyarakat.
Ia menjelaskan, masyarakat tidak lagi melakukan belanja bulanan seperti dahulu. Pola belanja masyarakat berubah menjadi mingguan atau beberapa hari sekali. Hal ini membuat masyarakat lebih memilih belanja ke ritel kecil di sekitar rumah.
“Dari tahun 2003 itu 88%, sekarang atau tahun 2024 itu 80%, menurun sekitar 9%. Nah, ini banyak penyebabnya, pertama pola belanja masyarakat itu mulai berubah dari yang belanja bulanan kemudian dua mingguan atau mingguan menjadi belanja harian atau seperlunya, sehingga yang berkembang adalah ritel-ritel di sekitar rumah,” kata Budi dalam Profit Economic Update dikutip dari YouTube CNBC Indonesia, Senin (23/6/2025).
Kedua, banyak ritel modern dan mal hanya menyediakan tempat berbelanja. Dengan pergeseran pola belanja saat ini, diyakini akan ditinggalkan masyarakat.
“Orang atau konsumen itu ke mal kan tidak hanya sekadar belanja, beli kebutuhan sehari-hari, tidak hanya sekadar itu. Tapi ingin, makan bareng, ingin kumpul-kumpul dengan temannya. Nah itu kalau tidak ada perubahan seperti itu, maka mereka (mal) juga akan tertinggal,” ungkapnya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Budi telah melakukan pertemuan dengan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO).
Hasil pertemuan tersebut, Budi mengatakan semua tempat perbelanjaan baik ritel maupun mal tidak bisa menutup mata dengan pergeseran pola belanja masyarakat, terutama cenderung belanja online. Ia menyarankan beberapa hal, pertama, tempat perbelanjaan ritel dan mal harus bertransformasi atau berkolaborasi dengan platform online.
Kedua, ritel modern atau mal bisa menggandeng pasar tradisional untuk berkolaborasi dari sisi penjualan online. Hal ini perlu dilakukan untuk menurunkan daya saing antara ritel modern dengan pasar tradisional.
“Jadi, ritel modern mengajari bagaimana berjualan dengan baik, manajemennya termasuk keuangannya. Nah, sekarang mereka tidak berkompetisi lagi, tetapi bersinergi satu dengan yang lain,” pungkasnya.
Tonton juga “Mendag Dorong UMKM Bersaing di Pasar Internasional” di sini: