Mau Geber Bioetanol, RI Bisa Belajar dari Brasil

Posted on

Pemerintah tengah mendorong pemanfaatan bioetanol. Langkah ini bertujuan untuk percepatan menuju energi bersih dan ketahanan energi nasional.

Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Adisatrya Suryo Sulisto mengatakan Brasil yang baru saja menyelesaikan hajatan sebagai tuan rumah Konferensi Perubahan Iklim ke-30 PBB (COP30) telah memberikan contoh sukses dalam membangun ekosistem bioetanol terintegrasi. Menurutnya, Indonesia mencontoh Brasil.

“Brasil ini merupakan contoh sukses di dunia sebagai pengembang ekosistem bioetanol terintegrasi. Indonesia perlu belajar untuk mengambil pelajaran sukses itu agar dapat diterapkan di dalam negeri,” ujar Adisatrya dalam keterangan tertulis, Minggu (23/11/2025).

Indonesia dengan kebutuhan tinggi terhadap sumber daya energi dan komitmen mewujudkan energi bersih melalui Net Zero Emission (NZE) 2060, dinilai perlu segera melakukan percepatan transformasi dari energi dengan jejak emisi tinggi menuju energi ramah lingkungan.

Sebagaimana diketahui, Brasil khususnya wilayah Belem di kawasan Amazon didapuk sebagai lokasi COP30 pada 10-21 November 2025. Acara tersebut menjadi relevan diselenggarakan di Negeri Samba karena Brasil memiliki predikat sebagai salah satu negara yang sukses menghadapi masa transisi energi.

Selama lima dekade terakhir, Brasil membuktikan dirinya sebagai laboratorium raksasa bagi bioenergi dunia. Di saat banyak negara masih merumuskan peta jalan transisi energi, Brasil bergerak jauh di depan dengan menciptakan ekosistem bioetanol yang terintegrasi, dari kebun tebu dan jagung, pabrik biorefinery, hingga jaringan distribusi dan jutaan kendaraan flex-fuel yang memenuhi jalanan negara di benua Amerika Latin itu.

“Brasil kini menjadi salah satu negara dengan penggunaan bioetanol terbesar di dunia, bahkan produsen etanol terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Indonesia jelas punya potensi yang tidak kalah besar, tinggal bagaimana upaya kita untuk mengoptimalkan potensi itu,” tegas Adisatrya.

Brasil mencatat total produksi etanol menembus rekor tertinggi pada 2024 lalu, mencapai 36,83 miliar liter. Merujuk data UNICA (asosiasi industri tebu Brasil), angka produksi etanol 2024 naik 4,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Di Brasil, etanol utamanya berbasis dari tebu dan jagung, dengan luas lahan untuk etanol hanya 1% dari seluruh area Brasil.

Seluruh SPBU di Brasil menjajakan bahan bakar dengan berbagai campuran etanol. Bahkan pemain besar seperti Shell ikut meramaikan penjualan bahan bakar eceran dengan bioetanol. SPBU Shell di Brasil menawarkan bioetanol E30, E100, di samping bensin dengan tambahan aditif etanol.

Menurut Adisatrya, seluruh kendaraan bermotor di Brasil bisa menenggak bioetanol, bahkan sampai E100. Isu terkait kualitas maupun kesiapan teknologi disebut hampir nihil.

“Indonesia bisa seperti Brasil. Kesuksesan penerapan biodiesel Negeri Samba dapat menjadi acuan. Kekayaan alam tidak sekadar menopang ekonomi komoditas, melainkan pula jadi sumber bahan bakar ramah lingkungan yang sangat dibutuhkan sekarang ini,” imbuhnya.

Adisatrya berharap pemerintah dapat mengeluarkan payung hukum kebijakan yang mengikat untuk implementasi mandatori pencampuran 10% etanol (E10) ke dalam BBM jenis bensin secara nasional.

“Harapannya kebijakan etanol ini mencakup ketentuan terkait harga produksi, standar produk, kepastian pasokan dan harga jual yang kompetitif. Ini agar mengakselerasi pengembangan dan pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan, untuk menekan emisi dan memperkuat ketahanan energi,” ungkapnya.

Adisatrya menegaskan kerja sama bilateral Indonesia- Brasil khususnya di bidang energi dapat dioptimalkan untuk mendorong pengembangan bioetanol di dalam negeri. “Ini merupakan langkah yang baik. Tidak hanya mencerminkan tekad Indonesia untuk memperdalam kemitraan strategis, tetapi juga upaya Indonesia untuk penguatan energi di bidang keberlanjutan,” tambahnya. geber