Ma’ruf Amin Pede Ekonomi Syariah RI Bisa Salip Malaysia

Posted on

Ketua Dewan Pengawas Syariah Manulife Syariah Indonesia, Ma’ruf Amin, mengakui industri asuransi syariah Indonesia masih kalah dari negara tetangga Malaysia. Meski begitu ia meyakini industri asuransi Tanah Air memiliki potensi yang sangat besar dan akan segera menyusul bahkan menyalip Malaysia.

Sebab menurutnya saat ini industri asuransi atau bahkan keuangan syariah Malaysia sudah mencapai titik tertinggi, alias sudah tidak bisa berkembang lebih besar lagi. Sementara potensi industri asuransi syariah di RI masih sangat besar.

“Jadi, itu betul sekali kalau kita mulainya terlambat, memang mereka lebih awal itu Malaysia. Tapi mereka mentok, itu artinya ya kemampuannya segitu, potensinya seperti itu,” kata Ma’ruf dalam acara media briefing Manulife Syariah Indonesia di Jakarta, Selasa (27/5/2025).

Ia menjelaskan besarnya potensi industri asuransi syariah dalam negeri ini terlihat dari jumlah penduduk muslim di Indonesia yang merupakan terbesar di dunia. Di mana belum semua penduduk muslim ini belum memiliki asuransi berbasis syariah.

“Istilahnya Indonesia itu seperti macan tidur. Dulu kita hanya konsentrasinya pada sertifikasi kehalalan produk. Di seluruh dunia ada 50 negara meminta pengakuan kehalalan dari Indoensia. Jadi belum pada produknya,” terang Ma’ruf.

“Baru belakangan kita sadar ternyata industri halal potensi bisnisnya tinggi. Nah oleh karena itu kita genjot sejak 2020 kita sudah umumkan kita akan menjadi negara terbesar yaitu dalam hal keuangan syariah dan menjadi produsen halal terbesar dunia,” sambungnya.

Karena itu Ma’ruf percaya dalam beberapa tahun ke depan, industri asuransi syariah Indonesia akan segera menyalip Malaysia dan menjadi yang terbesar baik di Asia Tenggara atau bahkan ke depannya lagi terbesar di dunia.

“Karena itu kita optimis bahwa potensi kita akan lebih besar. Itu, sekarang sudah, beberapa sudah tersusul. Malaysia itu sudah tersusul dari kita. Menurut saya, hanya masalah waktu saja,” tegasnya.

Sementara itu Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia, Fauzi Arfan, berpendapat pertumbuhan industri asuransi jiwa syariah di Indonesia memang masih menghadapi berbagai tantangan struktural, termasuk tingkat inklusi keuangan syariah yang masih rendah.

Di mana kondisi ini terlihat dari data literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia yang baru mencapai 43,42%. Sementara untuk inklusi keuangan syariah masih tertinggal jauh, baru mencapai 13,41%. Karenanya tak heran jika saat ini industri asuransi syariah Indonesia masih kalah dari Malaysia yang sudah bergerak lebih dahulu.

“Malaysia saat ini jadi hub-syariah. Kalau dibanding RI, sebenanrya Indoneisa secara tren kita naik, menunjukkan pertumbuhan ekonomi signifikan di industri halal. Apakah penyebabnya kurang support pemeritnah, nggak. Pemerintah sangat encourage industri sangat baik. Malasyai itu lebih duluan sadar. Dalam konteks spin-off bank duluan, karena lebih dulu ya lebih besar,” terangnya.

Namun secara potensi, menurutnya Indonesia masih jauh lebih besar daripada Malaysia. Menurutnya kondisi ini terlihat dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mencatat tren pertumbuhan positif di sektor ini, dengan aset industri asuransi jiwa syariah per Januari 2025 mencapai Rp 33,99 triliun, tumbuh dari Rp 32,79 triliun pada periode yang sama di tahun 2024.

“Sebenarnya kita punya potensi jauh lebih besar tapi belum dioptimalkan. Mungkin pemain perlu melakukan inovasi. Kami hadir dengan pengalaman dengan inovasi. Kami harap dengan produk-produk kami bisa melayani lebih banyak masyarakat. Semakin banyak masyarakat terlayani semakin besar berkembang industri ini,” paparnya lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *