Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan paket kebijakan ekonomi demi meringankan biaya hidup masyarakat Malaysia. Salah satunya harga bahan bakar minyak (BBM) turun.
Melansir Reuters, Rabu (23/7/2025), Anwar mengatakan pemerintahannya akan menyesuaikan subsidi menyeluruh pada bahan bakar transportasi RON95 yang banyak digunakan masyarakat Malaysia. Kebijakan ini rencananya mau dilakukan sebelum akhir September.
Nantinya, setelah perubahan subsidi diterapkan, harga bahan bakar di pompa bensin Malaysia akan turun menjadi 1,99 ringgit per liter, dibandingkan dengan harga saat ini 2,05 ringgit. Bila dirupiahkan harga BBM hanya akan menjadi Rp 7.562 (dengan kurs Rp 3.800) dari awalnya senilai Rp 7.790 per liter.
Kebijakan ini hanya untuk warga negara Malaysia. Bagi warga negara asing (WNA) tetap membayar BBM sesuai harga pasar alias nonsubsidi. Sayangnya, Anwar belum memberikan detail tentang bagaimana langkah tersebut akan diberlakukan.
Jika tidak ada perubahan, harga baru pemangkasan BBM berlau sebelum akhir September 2025, dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Malaysia yang jatuh pada 31 Agustus 2025.
Penurunan harga BBM sebagai langkah baru Anwar Ibrahim pada untuk mengatasi keresahan publik soal semakin meningkatnya biaya hidup di Malaysia. Selain penurunan harga BBM, pihaknya juga membagikan bantuan berupa uang tunai untuk warga Malaysia.
Anwar mengatakan semua warga Malaysia di atas usia 18 tahun akan menerima 100 ringgit atau sekitar Rp 380 ribu dalam bentuk bantuan tunai yang diberikan satu kali mulai 31 Agustus.
Pernyataan soal paket kebijakan ini muncul dalam siaran televisi di Malaysia menjelang protes yang direncanakan akan diadakan di ibu kota Malaysia, Kuala Lumpur, pada hari Sabtu.
Pemerintahan Anwar telah melakukan sejumlah langkah untuk meningkatkan pendapatan dan produktivitas tahun ini, termasuk kenaikan upah minimum, peningkatan tarif listrik pada pengguna listrik besar, dan perluasan pajak penjualan dan jasa. Anwar mengatakan langkah-langkah tersebut ditujukan pada bisnis besar dan orang kaya.
Namun, para kritikus telah menyuarakan kekhawatiran bahwa biaya yang lebih tinggi pada akhirnya akan dibebankan kepada konsumen, termasuk mereka yang berpenghasilan rendah dan menengah. Pada hari Rabu,