Prancis mengkritik kebijakan tarif dagang yang kerapkali memberatkan secara global. Menurut Presiden Prancis Emmanuel Macron tarif dagang diterapkan oleh negara-negara adidaya lebih sering cocok disebut pemerasan alih-alih instrumen untuk menyeimbangkan kembali perdagangan.
Komentarnya ini disampaikan Macron di Konferensi Internasional Financing for Development di Seville, Spanyol. Di sisi lain, Uni Eropa tengah negosiasi perjanjian dagang dengan Amerika Serikat sebelum batas waktu 9 Juli. Kendati begitu, pendapatnya itu merujuk pada kebijakan tarif dagang yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Kita perlu mengembalikan kebebasan dan keadilan dalam perdagangan internasional, lebih dari sekadar hambatan dan tarif, yang dirancang oleh pihak yang paling kuat. Dan yang sering digunakan sebagai instrumen pemerasan, sama sekali bukan sebagai instrumen penyeimbangan,” kata Macron, dikutip dari Reuters, Selasa (1/6/2025).
Macron juga mendesak dukungan serta meminta Organisasi Perdagangan Dunia agar sejalan dengan tujuan untuk memerangi ketidaksetaraan dan perubahan iklim.
“Membawa kembali perang dagang dan tarif saat ini adalah sebuah penyimpangan, terutama ketika saya melihat tarif yang dikenakan pada negara-negara yang baru saja memulai lepas landas dari ekonominya,” tambah Macron.
Trump mengumumkan tarif pada bulan April. Tarif tersebut akan mematok sekitar 10-50% ke negara-negara surplus ekspor ke AS. Trump pun menunda untuk menerapkan tarif tersebut selama 90 hari.
Sekretaris Gedung Putih Caroline Leavitt tak sepakat dengan Macron. Menurut dia, kebijakan tarif ini efektif untuk membangun kembali manufaktur AS. Ia menelaskan Trump tetap berdiskusi tentang perdagangan untuk membantu pekerja Amerika.
Tonton juga “Macron Tolak Upaya Ganti Rezim Iran: Akan Timbulkan Kekacauan” di sini: