Logam Serbabisa Ini Ada di Dapur, Rumah Sakit, hingga Mobil, Kenapa Semua Butuh Nikel?

Posted on

Pernahkah Anda membayangkan bahwa logam yang tersembunyi di balik sendok makan, bodi mobil, hingga smartphone di tangan Anda memiliki satu nama yang sama: nikel?

Nikel bukan sekadar logam tambang. Nikel adalah aktor penting dalam kehidupan modern, tak terlihat, tapi terasa manfaatnya di hampir setiap aspek keseharian kita. Tanpa nikel, banyak hal yang kita anggap remeh mungkin tak akan pernah ada. Dan menariknya, sebagian besar nikel dunia datang dari Indonesia.

Indonesia, Raja Nikel Dunia

Indonesia kini menjadi pemain utama dalam industri nikel global. Berdasarkan data US Geological Survey dalam Mineral Commodity Summary 2025, Indonesia memproduksi 2,2 juta metrik ton nikel sepanjang 2024-lebih dari setengah total produksi dunia.

“Untuk nikel sekarang ini, hampir 65% pasokan dunia itu disuplai oleh Indonesia,” ujar Dirjen Minerba, Tri Winarno, dalam rapat bersama Komisi XII DPR RI, Mei lalu.

Di balik dominasi ini, ada potensi besar untuk menopang transisi energi global, terutama dalam pengembangan kendaraan listrik dan teknologi ramah lingkungan lainnya.

Dari Dapur, Medis, hingga Infrastruktur

Nikel hadir lebih dekat dari yang Anda kira. Pengamat tambang dan energi, Ferdy Hasiman, menjelaskan bahwa nikel banyak digunakan untuk memproduksi baja tahan karat-material utama dalam peralatan dapur seperti sendok, garpu, panci, hingga wajan.

Tak hanya itu, instrumen bedah, alat konstruksi, railing tangga, lift, hingga pipa air pun mengandalkan sifat anti-karat dan daya tahan tinggi dari logam ini.

“Nikel ini memang strategis. Ada di dapur, medis, konstruksi, bahkan di mobil listrik,” ungkap Ferdy kepada detikcom.

Jantung Teknologi & Mobil Listrik

Dalam era kendaraan listrik, peran nikel semakin krusial. Bahan ini menjadi komponen utama dalam baterai lithium-ion, yang digunakan di berbagai perangkat seperti smartphone, laptop, hingga mobil listrik.

“Nikel menyumbang sekitar 8% dalam ekosistem baterai kendaraan listrik, lebih tinggi dari tembaga yang sekitar 4%,” ujar Ferdy. Ia menyebut tren ini dipicu oleh lonjakan penjualan mobil listrik global-Tesla dan BYD jadi contoh paling mencolok.

Ketua Umum Forum Industri Nikel Indonesia (FINI), Arif Perdana Kusumah, menambahkan bahwa nikel bukan hanya memperpanjang umur baterai, tapi juga membantu efisiensi dan mengurangi biaya perawatan.

“Nikel juga digunakan untuk perhiasan, komponen kendaraan seperti knalpot dan bodi mobil, serta penyimpanan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin,” jelas Arif.

Indonesia Menopang Perubahan Dunia

Hilirisasi nikel, mulai dari proses penambangan hingga bahan baku baterai, saat ini masih banyak dilakukan di China. Namun faktanya, sekitar 40-45% bahan baku kendaraan listrik dunia berasal dari Indonesia.

Proses ini memang kompleks, melibatkan tahap mining, smelting, hingga rekayasa kimia yang memerlukan teknologi dan investasi besar. Tapi justru di situlah letak potensi strategis Indonesia.

Di balik setiap panci di dapur Anda, di balik tiap daya tahan baterai ponsel, hingga revolusi kendaraan listrik dunia, ada nikel. Dan ada Indonesia. Tanpa nikel, hidup kita mungkin tidak akan sama.

Tonton juga video “Wapres Gibran: Kemenyan Itu Sama Berharganya dengan Nikel” di sini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *