Langkah Strategis RI Genjot Swasembada Energi Tuai Apresiasi

Posted on

Pemerintah Indonesia terus mendorong swasembada energi melalui berbagai upaya strategis. Salah satu upaya pemerintah dalam mencapai swasembada energi adalah melalui perluasan akses terhadap energi.

Dalam mewujudkannya, memerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, saat ini telah fokus untuk menjaga 4A Ketahanan Energi Nasional. Pertama, Availability, ketersediaan energi dan sumber energi baik dari dalam negeri maupun impor. Kedua, Accessibility, kemampuan untuk mengakses sumber energi, infrastruktur energi, termasuk tantangan geografis dan geopolitik.

Kemudian, Affordability keterjangkauan biaya investasi energi (biaya eksplorasi, produksi dan distribusi) dan keterjangkauan konsumen untuk membayar energi. Dan keempat, Acceptability, penerimaan masyarakat terhadap penyediaan energi terkait dengan lingkungan.

“Untuk mencapai 4A dimaksud maka Ditjen Migas bersama dengan stakeholder terkait terus mengupayakan langkah-langkah strategis mulai dari peningkatan lifting minyak dan gas bumi (migas), hilirisasi, hingga penerapan transisi energi secara berkelanjutan untuk mewujudkan swasembada energi,” papar Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM, Noor Arifin Muhammad dalam keterangannya, Senin (10/11/2025).

Sederet upaya pemerintah bersama BUMN mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Langkah ekspansi kilang hingga eksplorasi migas pun dinilai menjadi jalan menuju swasembada energi.

Pengamat ekonomi bisnis Acuviarta Kartabi menyebut kebijakan ini dapat mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi nasional.

“Dari laporan keuangan, kinerja perusahaan selalu meningkat cukup signifikan. Untuk itu, saya optimis dan berharap Pertamina sanggup mewujudkan swasembada energi,” katanya dikutip dari Antara News

Acuviarta mengatakan Pertamina juga harus terus meningkatkan kinerja, mulai dari hulu migas sampai hilir, distribusi. Hal ini termasuk melakukan inovasi energi baru terbarukan seperti biofuel, melihat semakin terbatasnya energi fosil.

“Pertamina juga harus semakin memperkuat sisi distribusi dan efisiensi dalam proses pengadaan migas karena valuenya ada di situ,” kata dia.

Terkait ekspansi ke luar negeri, Acuviarta menilai hal tersebut sebagai upaya bisnis yang positif karena dapat menopang terwujudnya swasembada energi.

“Kalau melihat rencana bisnis perusahaan Pertamina, kan akan ada rencana pengelolaan lapangan migas di luar negeri. Itu perlu dilakukan untuk mendukung produk domestik, dalam rangka Pertamina go global dan dalam mewujudkan swasembada energi,” katanya.

Melihat berbagai upaya ini, ia pun optimistis Indonesia dapat semakin memperkuat ketahanan energi sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Saya berkeyakinan kontribusinya akan lebih meningkat karena pondasi seperti restrukturisasi bisnis sudah dilakukan. Termasuk untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8 persen seperti diharapkan Pak Prabowo, karena salah satunya adalah dari sektor energi. Energi ini juga tidak berdiri sendiri, tetapi juga berkaitan dengan transportasi, industri dan sebagainya. Jadi memang punya dampak multidimensi,” jelasnya.

Dukungan BUMN untuk Swasembada Energi

Upaya swasembada energi juga mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk PT Pertamina (Persero). Hingga Juli 2025, Pertamina mampu menjaga produksi migas di atas 1 juta barrel setara minyak per hari (BOEPD). Pertamina juga meningkatkan cadangan migas baru untuk mendukung ketahanan energi secara berkelanjutan.

“Pertamina mencatat beberapa capaian, di antaranya temuan cadangan migas baru sebesar 724 juta barrel setara minyak (MMBOE) di wilayah kerja Rokan,” ujar Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri.

Pertamina juga melakukan berbagai terobosan dalam mengembangkan energi bersih. Salah satunya melalui pemanfaatan sumber energi nabati. Terobosan ini di antaranya melahirkan Pertamax Green 95. Pertamax Green 95 mengandung bioetanol sebanyak 5%.

Bioetanol ini berasal dari molase tebu yang merupakan bahan bakar nabati. Pertamax Green 95 memiliki RON 95 dengan emisi gas buang yang rendah.

Tak hanya itu, Pertamina juga mempercepat pemanfaatan bahan bakar ramah lingkungan, seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan kapasitas produksi 9,000 Barrel per Day.

“Pertamina SAF merupakan bahan bakar pesawat berkelanjutan yang dihasilkan melalui teknologi co-processing antara Kerosene (minyak tanah) dan Used Cooking Oil (UCO) atau minyak jelantah. Ekosistem bisnis UCO SAF bukan hanya mendukung swasembada energi nasional namun juga mampu mendorong perekonomian mikro dan ekonomi sirkuler,” ucap Simon.

Di sektor hulu, Pertamina melalui Pertamina Hulu Energi (PHE) terus meningkatkan eksplorasi dan produksi migas di berbagai wilayah, termasuk blok-blok baru di luar negeri seperti Irak, Aljazair, dan Malaysia.

Program strategis lainnya adalah menjalankan proyek Palawan di Filipina dengan kapasitas 285 MW serta meluncurkan Pertamax Green 95 di 160 outlet dengan volume penjualan 4,83 ribu KL sampai dengan bulan Juli 2025.

Di sisi lain, CEO of Pertamina New & Renewable Energy John Anis mengatakan pihaknya telah memiliki peta jalan pengembangan bioetanol hingga tahun 2031 untuk mendukung dekarbonisasi di sektor transportasi. Hingga tahun 2034 mendatang, John mengatakan proyeksi demand atas biofuel bisa mencapai 51 juta liter.

Saat ini, Pertamina NRE bekerja sama dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) berencana membangun pabrik bioetanol di Banyuwangi dengan kapasitas produksi 30 ribu kiloliter (KL) per tahun.

“Untuk bioetanol, kita memiliki ambisi meningkatkan kapasitas produksi, salah satunya dengan reaktivasi pabrik di Banyuwangi, Glenmore, dengan mengambil molase sebagai bahan baku bioetanol tanpa mengganggu produksi gula,” ucap John.

Simak juga Video ‘Swasembada Energi Diharapkan Terwujud’: