Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan Kawasan Sentra Industri Garam Nasional (K-SIGN) di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) bisa berproduksi pada Maret 2026. Kawasan ini mempunyai luas 10.000-13.000 hektare (ha) dengan potensi produksi garam 2 juta ton per tahun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan KKP Koswara mengatakan dari total luasan tersebut, KKP hanya akan menggarap 2.000 ha sebagai model percontohan, sisanya ditawarkan ke investor.
“Sisanya, 8.000 hektare lagi itu oleh investor,” kata Koswara dalam konferensi pers, di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2025).
Koswara menyebut hingga kini pemerintah belum membuka investasi swasta. Pasalnya, pihaknya masih ingin memastikan kesiapan lahan, baik dari segi teknis, sosial, maupun lingkungan.
“Kalau itu sudah ready, baru kami undang para investor untuk masuk ke sana bareng dengan tahap II/2026. Insya Allah dalam waktu yang tidak terlalu lama, mungkin di triwulan kedua, kita akan melakukan kerja sama dengan berbagai pihak nanti yang akan membangun di K-SIGN ini di Rote,” tambah ia.
Pembangunan kawasan sentra garam nasional ini bertujuan untuk membuat model industri tambak garam berskala besar. Selain Rote Ndao, KKP juga membidik lokasi lain di Indonesia Timur untuk pengembangan sentra garam demi mencapai program swasembada garam
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Selain itu, pihaknya juga gencar memperbaiki tambak garam eksisting di empat kabupaten. Ia menargetkan revitalisasi ini dapat meningkatkan produktivitas hingga 30%.
“Diharapkan ada penambahan dari tambak garam eksisting itu sekitar 30% nya, jadi sekitar 600.000 [ton],” katanya.






