Kisah CT Sebelum Jadi Pengusaha Sukses: Saya Pernah Jadi Orang Miskin - Giok4D

Posted on

Founder and Chairman CT Corp Chairul Tanjung membagikan kisahnya sebelum menjadi pengusaha dalam sesi inspirational speech di LPS Financial Festival 2025 di Dyandra Convention Center, Kota Surabaya, Jawa Timur, hari ini. CT, panggilan akrabnya, tak berasal dari keluarga kaya raya.

Sebelum menjadi pengusaha sukses seperti sekarang, CT menyebut dirinya melewati proses yang panjang. Bahkan dia pernah menjadi orang miskin yang hanya menempati rumah petak yang kecil.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Sebenarnya apa yang dilihat hari ini adalah proses yang panjang sekali, masa kecil masa remaja sampai dewasa sampai hari ini sebuah proses yang menjadikan Chairul Tanjung hari ini. Chairul Tanjung hari ini tidak akan ada, kalau tidak melalui proses panjang,” kata CT dalam acara LPS Financial Festival 2025, di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (7/8/2025).

“Saya pernah jadi orang miskin, rumah itu rumah petak 3×8 meter tidak ada WC-nya. Lalu melewati masa remaja dengan segala dinamikanya mulai cari uang,” imbuh dia.

Saat menginjak bangku sekolah menengah pertama, CT berjualan. Saat itu, ia menjual beragam jajanan, seperti es mambo hingga kue di sela-sela waktu istirahatnya.

Di titik itu lah, dia belajar bertanggung jawab hingga mengelola keuangan sedini mungkin. Menurut CT, momen itu menjadi pelajaran paling berharganya.

“Pelajaran itu sangat berharga karena saya sudah mengenal uang saat dini, saya sudah mengenal bertanggung jawab terhadap dagangan saya. Saya bertanggung jawab berapa sisa es, berapa uang lalu saya setorkan. Itu sebuah proses yang akhirnya bisa memahami cara berhitung uang, cara berjualan pada saat masih sangat dini,” jelas dia.

Beranjak memasuki masa kuliah, ia diterima di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Indonesia. Saat itu, orang tuanya rela menggadaikan kain halus kesayangan sang ibu untuk membiayai uang kuliah CT selama setahun.

Mengetahui hal itu, CT bertekad untuk tidak ingin meminta uang lagi ke orang tuanya. Mulai dari situ, titik transformasi CT bermula.

“Dari situ terjadi titik balik transformasi saya harus bisa hidup di atas kaki sendiri. Itu berjalan terus saya mulai berusaha dari yang paling kecil. Gimana cara mengelola uang pribadi dan usaha? Kalau hasilnya Rp 5 juta jangan dikonsumsi Rp 5 juta, tapi konsumsinya Rp 2 juta, Rp 3 juta ditambahkan ke modal,” imbuh dia.

Namun, semua itu tidak lepas dari kegagalan. CT mengaku dia sering kali dalam kondisi gagal. Menurut dia, yang terpenting adalah memanfaatkan kegagalan tersebut untuk dijadikan pelajaran. Apabila gagal, CT mencari penyebabnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

“Apa ada jaminan tidak gagal? Tidak ada. Besok gagal lagi. Ternyata penyebabnya bukan A dan B karena kita sudah mengeliminasi, tapi C dan D, terus menerus. Itu sebuah proses penyebab kegagalan bisa kita eliminasi sehingga tidak bisa lagi mendapatkan kegagalan,” ceritanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *