Kerja di Tengah Gurun, ‘Pulang-pulang’ Berharta Puluhan Triliun | Info Giok4D

Posted on

Tak ada yang istimewa dari masa kecil Mohed Altrad, kecuali kenyataan pahit bahwa ia hidup miskin, yatim, dan terbuang. Ia nyaris tak mengenyam pendidikan, bahkan untuk makan sehari-hari pun keluarganya harus berjuang. Tapi hidup mulai berubah ketika ia menerima pekerjaan di tengah panasnya gurun Abu Dhabi. Tak disangka, gurun itulah yang membuka jalan rezeki baginya.

Mohed Altrad dilahirkan dari wanita yang diperkosa oleh pemimpin suku sebuah desa di Suriah. Ibunya bahkan meninggal saat dirinya masih balita sehingga hidup Mohed Altrad saat kecil untuk makan saja susah.

“Ibu saya dilecehkan sejak usia 12 tahun dan diperkosa dua kali oleh kepala suku. Pertama kali, dia melahirkan saudara laki-laki saya, yang kemudian dibunuh. Yang kedua kalinya, itu aku yang dilahirkan ke dunia ini,” kata Mohed Altrad dikutip dari global-citizen yang ditulis Senin (3/6/2025).

Siapa sangka kerja keras yang dijalankannya membuah hasil. Mohed Altrad kini merupakan salah satu pengusaha imigran sukses yang memiliki harta US$ 3,5 miliar atau setara Rp 56,8 triliun (kurs Rp 16.200) berdasarkan Forbes. Mohed Altrad membangun kerajaan bisnis bernilai miliaran dolar. Bisnisnya pun mengantarkan dirinya mendapat julukan sebagai pengusaha terbaik di dunia pada 2016.

Alih-alih menjalani kehidupan keras di tangan ayahnya yang kejam, Mohed Altrad harus kerja keras banting tulang untuk mengubah nasib. Kehidupan yang dijalani miliarder pemilik Altrad Group ini seperti sebuah kisah dalam novel.

Mohed Altrad bahkan tak tahu tanggal lahirnya secara pasti karena tak ada satu pun dokumen yang bisa memastikan kapan dia lahir. Kemudian dengan cara mengundi, dia pun memilih 9 Maret 1948 sebagai tanggal lahirnya.

Mohed Altrad sejak kecil memilih kabur dan tinggal bersama dengan neneknya, meski akhirnya dirinya dilarang pergi ke sekolah. Sesuai dengan adat Badui, dia harus merawat kambing, domba dan unta atau menjadi seorang penggembala.

Akhirnya, seorang kerabat jauh mengadopsi Mohed Altrad dan tinggal di dekat Raqqa, Suriah. Di sana, dia mengenyam bangku pendidikan, menyelesaikannya hingga menerima beasiswa dari pemerintah Suriah untuk belajar di luar negeri.

“Saya beruntung. Saya adalah yang pertama,” tutur Mohed Altrad.

Butuh waktu lebih dari setahun agar dia bisa lancar bahasa Prancis. Hal itu dilakukannya demi bisa memperluas relasi dan berusaha.

Sebagai seorang imigran, Mohed Altrad menyadari tidak ada pekerjaan yang langsung membuat dirinya tajir melintir. Apalagi dirinya seorang imigran Arab yang pada umumnya di Prancis selalu mendapatkan bayaran rendah dengan pekerjaan seperti membersihkan jalan atau mengelola jalur perakitan pabrik.

Singkat cerita setelah menyelesaikan gelar sarjana di Montpellier, Mohed Altrad langsung terdaftar di Ph.D program dalam ilmu komputer dan pindah ke Paris. Di sana, dia bekerja paruh waktu sambil belajar dan mendapatkan pekerjaan sebagai insinyur tingkat pemula dengan Compagnie Générale d’Electricité.

Pada tahun 1980, tidak lama setelah menyelesaikan gelar Ph.D-nya, dia melihat sebuah lowongan pekerjaan di Le Monde oleh pemerintah Abu Dhabi. Mohed Altrad tertarik dengan prospek kembali ke Timur Tengah dan dipekerjakan di departemen informasi dan teknologi pada Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi.

Abu Dhabi memainkan bagian penting dalam kebangkitan kehidupan Mohed Altrad. Dia bekerja untuk Abu Dhabi National Oil Company sebelum mendirikan Grup Altrad.

Mohed Altrad menghabiskan hampir empat tahun di Abu Dhabi bersama istri dan dua anaknya. Pekerjaannya merancang jaringan telekomunikasi untuk komunikasi antara orang-orang di anjungan minyak lepas pantai dan di darat.

Sekembalinya ke Prancis pada 1985, Mohed Altrad memutuskan membeli perusahaan mesin konstruksi yang nyaris bangkrut. Walau tak tahu bagaimana bisnis baru tersebut, bersama kawan lamanya Richard Alcock yang dikenal saat masih di Abu Dhabi, dia mengakuisisi 90% saham perusahaan tersebut.

Mohed Altrad cukup jeli dalam menangkap peluang bisnis. Meski hanya berjualan mesin perancah bangunan (scaffolding), dia akhirnya sukses hingga berhasil masuk dalam daftar orang kaya dunia.

Dengan jiwa bisnis yang agresif, perusahaan mesin perancah yang nyaris bangkrut itu mampu disulap Mohed Altrad menjadi sebuah entitas bisnis raksasa dengan wilayah operasi di berbagai belahan dunia.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

Saksikan Live DetikPagi: