Keren! UMKM Ini Sulap 145 Ton Sampah Jadi Furniture Artistik di TEI 2025

Posted on

Bagi sebagian besar orang, sampah dilihat sebagai barang yang tidak memiliki nilai. Bahkan kehadiran sampah dianggap menganggu hingga menjadi sumber masalah.

Namun di tangan mereka yang kreatif, sampah mampu disulap menjadi sesuatu yang memiliki nilai tinggi. Bahkan produk olahan sampah mampu dilirik hingga pasar luar negeri.

Upaya untuk mengubah sampah menjadi produk bernilai tinggi pun dilakukan oleh CEO dan Founder Robries Syukriyatun Niamah serta Co Founder Lumosh Raymond Tjiadi.
Syukriyatun mengatakan Robries dibangun pada 2018 lalu yang fokus untuk menyulap sampah botol plastik menjadi produk furniture dengan tampilan yang cukup menarik. Langkah itu pun dilakukan sebagai upaya untuk menjaga lingkungan.

Meskipun begitu, dia mengatakan untuk memasarkan produk berbahan dasar olahan sampah botol plastik menjadi tantangan tersendiri. Sebab produk tersebut tergolong masih cukup unik bagi masyarakat dan masih membutuhkan edukasi yang meluas bagi masyarakat.

“Tantangan dalam memasarkan produk daur ulang, selain dari edukasi market karna bukan material atau produk yang umum,” kata Syukriyatun Niamah di booth Indonesia Design Development Center (IDDC) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Trede Expo Indonesia 2025, Sabtu (18/10/2025).

Dia mengatakan tantangan selanjutnya yakni memastikan supply sampah sebagai bahan baku bisa diperoleh secara konsisten. Apalagi, bahan dasar yang digunakan yakni sampah tutup botol plastik.

“Tantangan lainnya dari supply sampah itu sendiri yang tidak konsisten tapi kami harus terus menjaga kualitas produk,” ujar Syukriyatun.

Meskipun begitu, dia mengatakan pihaknya tetap terus berusaha untuk mencari supply sampah sesuai bahan dasar yang digunakan. Menurutnya, langkah ini pun digunakan untuk menjaga kualitas dari produk yang dimiliki.

Beragam upaya tersebut membuat dirinya mampu merambah ke pasar global. Dia mengatakan mulai dari 2018 hingga saat ini, pihaknya telah memproduksi produk berbahan dasar sampah sebanyak 25 ribu produk. Adapun sampah yang telah diolah yakni mencapai 145 ton.

“Robries sampai saat ini telah menjual lebih dari 25 ribu produk dan mengolah lebih dari 145 ton sampah plastik,” jelasnya.
Untuk market dari produknya pun beragam. Dia mengatakan Robries sudah tembus ke pasar global seperti Singapura, Malaysia, hingga Uni Eropa. Tidak hanya itu, pihaknya juga turut berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar global.

“Tidak hanya pasar lokal, Robries juga memiliki distributor resmi di Singapore, Malaysia dan segera menyusul juga di Uni Eropa,” ungkapnya.
IDDC Bantu UMKM Rambah Pasar Global

Direktorat Pengembangan Ekspor Jasa & Produk Kreatif Kemendag melalui Indonesia Design Development Center (IDDC) terus berupaya untuk membantu para pelaku UMKM dalam merambah pasar global. Tidak hanya itu IDDC juga memberikan fasilitas kepada sejumlah pelaku UMKM yang telah lulus kurasi untuk mengikuti pameran TEI 2025.

TEI 2025 merupakan pameran berskala internasional yang diikuti setidakny 8045 buyers dari 130 negara. Ajang tersebut menjadi wadah bagi para pelaku usaha lokal untuk bertemu dengan para pembeli dari luar negeri.

Syukriyatun mengakui kehadiran IDDC memberikan kemudahan bagi dirinya untuk merambah pasar global. Apalagi IDDC menghadirkan bimbingan dan pengarahan kepada pelaku UMKM bagaimana mengemas produk mereka agar bisa dilirik oleh calon pembeli termasuk mereka yang berasal dari luar negeri.

“4 tahun kami mengajukan Good Design Award, mendapat bimbingan dan pengarahan dari IDDC, akhirnya tahun ini RPS kita mendapatkan Penghargaan Best Design Indonesia dan Good Design Award Japan. Milestone ini sangat berdampak untuk penetrasi pasar terutama di market export,” jelasnya.

Hal senada pun turut diungkapkan oleh pelaku Co Founder Lumosh Raymond Tjiadi. Raymond mengakui kehadiran IDDC sangat membantuk pihaknya untuk merambah ke pasar global.

Lumosh sendiri menghadirkan produk UMKM berbahan dasar limbah keramik. Lewat olahan limbah itu, Lumosh mampu melahiran produk-produk seperti piring, gelas, dan perabot rumah tangga lainnya dengan desain yang artistic.

“Karena basic-nya kan yang me-recycle sampah keramik ini nggak ada sama sekali kan dan masih jarang lah, bukan gak ada. Jadi kita kayak mau cari untuk knowledge-nya atau bahkan journal-nya itu agak kesusahan. Nah, kita sambil cari dari tim IDDC pun dibantu untuk dikasihkan riset, dibantu dirisetkan juga, dan terutama dibikinkan untuk desain yang sekiranya bisa langsung kelihatan representatif bahwa barang ini adalah recycle dari sampah keramik,” tuturnya.

Tidak hanya itu, dia mengatakan IDDC juga menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk berkonsultasi terkait dengan market global. Menurutnya, IDDC banyak memberikan masukan terkait market global mana yang bisa dimasuki oleh Lumosh.

“Kita yang nentuin dulu mau masuk kemana (market global) aja. Nah, awal kan memang kita bilang kita ada inovasi baru ini dan memang setahu kita memang kita cari negara yang sekitarnya paham akan sustainability-nya itu dan mulai concern. Nah, dari tim IDDC pun dikasih nih listnya beberapa dan kita pun yang nentuin yang milih,” tuturnya.

“Nah, setelah kita milih nanti dibantu juga contoh kayak kemarin kita mau masuk ke negara Amerika sama mereka dibantu. Kalau Amerika itu bisa coba masuknya lewat yaitu tempat display untuk di living room. Nah, itu mereka yang bantu risetin. Mereka pun ngasih info kalau kalian masuknya langsung ke tableware,” sambungnya.

Terakhir, dia pun menyambut baik kehadiran TEI 2025. Menurutnya, ajang ini mampu memberikan kemudahan kepada pelaku usaha untuk bertemu dengan sejumlah pembeli dari berbagai negara.

“Ada buyer yang nampak serius (membeli produk Lomush) yakni mayoritas pembeli asal Timur Tengah,” tutupnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *