Danantara akan memangkas jumlah anak-cucu BUMN secara besar-besaran karena sebagian besar perusahaan pelat merah rugi. Di tengah rencana tersebut, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) justru berencana membentuk anak usaha baru untuk mengelola proyek smelter aluminium di Mempawah, Kalimantan Barat.
Direktur Utama Inalum Melati Sarnita mengatakan penambahan anak usaha ini dilakukan lantaran untuk melindungi bisnis inti perusahaan. Pasalnya, proyek smelter baru ini membutuhkan investasi yang besar.
“Jadi kan sebenarnya ada moratorium untuk tidak menambah anak perusahaan, cuma memang untuk pembangunan investasi ini kan angkanya besar. Jadi kita penginnya di refinancing terhadap existing Inalum, sehingga kita bisa lebih ngontrol risiko bisnis terhadap perusahaan yang baru,” kata Melati di DPR RI, Jakarta Pusat, Kamis (20/11/2025).
Melati menegaskan, jika proyek smelter baru dimasukkan ke perusahaan induk, risiko terjadinya subsidi silang akan meningkat dan dapat membahayakan kinerja Inalum secara keseluruhan. Oleh karena itu, pembentukan perusahaan baru ini agar performa dan risiko dari smelter baru bisa dipantau secara terpisah dan lebih terukur.
“Karena kalau nanti digabungin, nanti kan ada subsidi silang segala macam itu lebih bahaya buat Inalum nya kan. Kalau dia secara monitoring, nanti performance dari perusahaan baru dengan smell terbaru itu akan lebih bisa kita jagain,” katanya.
Melati menyampaikan pihaknya telah melakukan meminta izin Danantara dan BP BUMN untuk pendirian anak perusahaan dan perusahaan patungan terkait proyek smelter baru. Ia mengatakan saat ini rencana tersebut masih dalam proses diskusi.
“Berupa izin untuk membuat satu anak usaha lagi di bawah Inalum dan itu salah satu diskusi kita saat ini (dengan Danantara),” katanya.
Sebagai informasi, New Aluminium Smelter memiliki kapasitas 600 ribu ton per tahun, yang dijadwalkan beroperasi pada 2029. Proses FID direncanakan pada 2025 diikuti FEED pada 2026 dan konstruksi pada 2027-2028.
Simak juga Video ‘Purbaya ke Bank BUMN yang Terima Rp 200 T: Beli Dolar AS Saya Sikat’:






