Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan strategi perusahaan dalam menekan impor liquefied petroleum gas (LPG) yang saat ini masih tinggi. Beberapa di antaranya dengan menggenjot produksi dan meningkatkan penggunaan jaringan gas.
Simon mengatakan, kebutuhan LPG Indonesia saat ini berada kurang lebih 8 juta metrik ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mencapai sekitar 1,6 juta metrik ton per tahun. Dengan begitu, Indonesia masih impor LPG. Namun, Simon menjelaskan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian ESDM untuk dapat memaksimalkan potensi yang ada.
“Mungkin untuk produksi LPG bisa digenjot untuk bisa bertambah sekitar 1 juta metrik ton lagi, sehingga kurang lebih kalau kita maksimalkan bisa dapat sekitar 2,6 juta metrik ton, sehingga dapat mengurangi porsi impor LPG kita,” kata Simon dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja PT Pertamina (Persero) Tahun 2024 di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat (13/6/2025).
Selain itu, Simon menjelaskan pemerintah juga sedang menggenjot program hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) untuk menggantikan LPG. Kemudian juga memaksimalkan jaringan gas untuk dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan rumah tangga.
“Sehingga mengurangi impor kita untuk kebutuhan LPG,” katanya
Simon menambahkan, Pertamina tahun ini menargetkan dapat menambah 200.000 sambungan ke rumah tangga. Namun, saat ini baru tercapai 60.000 sambungan ke rumah tangga.
“Dengan demikian ini adalah pekerjaan rumah juga bagi kami. Tentunya dengan dukungan dari pemerintah kami akan terus meningkatkan agar supaya infrastruktur gas ini bisa semakin maksimal dan bisa menjadi alternatif sumber energi yang lebih murah bagi masyarakat,” katanya.
Tonton juga “Pertamina Dukung Penuh Pembangunan di Kawasan Rebana dari Sektor Migas” di sini:
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.