Inovasi Digital di Industri Migas Dipandang Langkah Positif untuk Efisiensi

Posted on

Bayangkan sebuah ruang penuh layar raksasa, grafik bergerak, dan peta sumur migas yang dipantau detik demi detik dari ratusan kilometer jauhnya.

Di saat yang sama, kamera di kilang otomatis mendeteksi pekerja yang lupa memakai alat pelindung diri (APD), sementara sistem kecerdasan buatan (AI) menghitung performa pompa di bawah permukaan tanah. Tanpa banyak disadari, beginilah wajah baru industri migas Indonesia: semakin digital, semakin presisi, dan dituntut makin efisien.

Penerapan teknologi digital di sektor energi dinilai membawa efisiensi operasional dan transparansi rantai distribusi. Pengamat melihat inovasi ini penting agar industri energi nasional lebih adaptif terhadap tren global.

Tenaga Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI (ESDM) Satya Hangga Yudha Widya Putra mengatakan perusahaan migas baik lokal maupun internasional di Indonesia telah menerapkan teknologi kecerdasan buatan (AI) untuk mengoptimalkan produksi dan lifting migas. Menurut Yudha salah satu refinery unit di Indonesia menggunakan AI bernama RUVision.

“Teknologi deteksi bahaya di kilang ini menggabungkan sistem CCTV dengan analitik berbasis AI, sehingga bisa memantau kondisi lapangan lebih cepat dan akurat,” kata Hangga, dikutip dari Antara, Senin (10/11/2025).

Hangga mengatakan AI RUVision memang dirancang fokus untuk deteksi dini potensi bahaya. Sistem tersebut bisa secara otomatis mengenali aktivitas berisiko di area kilang, mulai dari kecepatan kendaraan berlebih sampai indikasi kebocoran bahan berbahaya.

“Teknologi ini siap meningkatkan keamanan dan efisiensi operasional di kilang,” kata Hangga.

Pertamina Genjot Modernisasi Kilang dan Digitalisasi Hulu

Dari sisi industri, PT Pertamina (Persero) berhasil mengambil alih operasional sejumlah blok minyak dan gas (migas) strategis yang selama 97 tahun dikelola perusahaan asing.

Di saat yang sama, Pertamina juga menjalankan revitalisasi dan modernisasi kilang yang berperan penting menjaga stok BBM nasional.

Di sektor pengolahan, sembilan proyek strategis telah dijalankan, antara lain proyek PLBC Langit Biru Cilacap, Revamping TPPI OSBL dan ISBL, Green Refinery Cilacap, RDMP Balongan, RCC Balongan, Ultra Low Sulphur Diesel, Upgrading Dumai, serta pembangunan Pipa Senipah-Balikpapan. Volume intake kilang Pertamina saat ini mencapai sekitar 341 juta barel, tertinggi sejak pembentukan Subholding Pertamina.

“Pertamina sebentar lagi juga akan mengoperasikan kilang terbesar di Indonesia yakni RDMP Balikpapan dengan kapasitas 360 ribu barel. RDMP Balikpapan akan menjadi kilang modern ramah lingkungan karena dapat menurunkan emisi karbon dari efisiensi energi operasi serta produk yang dihasilkannya,” papar mantan Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso saat masih menjabat.

Kilang Balikpapan disebut mampu memproses hampir semua jenis crude dengan proses lebih canggih, sehingga Pertamina bisa mencari crude yang lebih efisien dan murah. Kualitas produk pun naik dari standar Euro 2 menjadi Euro 5.

Proyek ini sejalan dengan peta jalan transisi energi Indonesia karena menurunkan emisi gas buang dari sisi operasi maupun produk.

PHR dan DICE: Contoh Nyata Transformasi Digital di Hulu

Transformasi digital di hulu migas juga tengah digenjot anak perusahaan Pertamina, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas). Langkah ini ditempuh untuk menopang target produksi satu juta barel minyak per hari (BOPD) pada 2030.

Corporate Secretary PHR Rudi Arrifianto mengatakan digitalisasi menjadi salah satu kunci menjaga produksi dan efisiensi di Wilayah Kerja (WK) Rokan, yang sejak 9 Agustus 2021 resmi dikelola PHR.

“Tak bisa dipungkiri, industri migas saat ini menghadapi banyak tantangan. Tetapi dengan bantuan teknologi baik dari sisi teknis maupun IT, kami berupaya memberikan hasil terbaik demi memenuhi target produksi migas dan kebutuhan energi nasional,” ujar Rudi.

Produksi WK Rokan saat ini menyumbang sekitar seperempat produksi minyak mentah Indonesia dan sepertiga produksi Pertamina. Dengan luas sekitar 6.200 km², keandalan peralatan menjadi krusial sehingga transformasi digital dipandang mutlak.

Sementara Vice President IT PHR Triatmojo Rosewanto menjelaskan, transformasi digital yang dilakukan PHR selaras dengan strategi Indonesia Oil & Gas (IOG) 4.0. Seluruh operasi utama migas diintegrasikan dan dipantau melalui sistem terpusat di Digital & Innovation Center (DICE).

“Inilah yang menginisiasi kami untuk membangun Digital & Innovation Center (DICE) PHR,” kata Tri.

DICE memungkinkan manajemen mengambil keputusan lebih cepat dan berbasis data, karena menyediakan informasi produksi, rencana proyek, hingga aktivitas pengeboran secara harian. Ruang kendali ini bahkan pernah meraih Rekor MURI pada 2022.

Tri menuturkan PHR menerapkan sejumlah solusi berbasis AI seperti AI-Based Inferred Production (ABI-PRO) untuk memantau kinerja pompa di setiap sumur, serta Advance Dyno Card Self Supervised Learning (SSL Saurus) yang membantu mengidentifikasi penurunan operasi di bawah permukaan. Seluruh data tersebut terintegrasi dan dapat diakses real time di DICE.

Untuk aspek keselamatan kerja, DICE juga dilengkapi solusi ICE CCTV dan Intelligent CCTV. Sistem ini secara otomatis mendeteksi apakah pekerja di lapangan sudah menggunakan APD dengan benar. Jika ada yang tidak sesuai, alarm akan berbunyi di Command Center sehingga respons dapat dilakukan secara cepat.

“PHR saat ini sudah memiliki sistem yang lengkap dari ujung ke ujung, mulai dari pengambilan data di lapangan, analisa data, hingga integrasi berbagai sumber data. Keakuratan data di DICE cukup baik, didukung konsistensi rekan-rekan di lapangan dalam menginput data,” jelas Tri.

Menurut Tri, keberhasilan transformasi digital di PHR tidak lepas dari tata kelola yang jelas dan perencanaan digital yang disusun berdasarkan kebutuhan tiap divisi.

“Dengan demikian kami memiliki digital plan dan digital solution yang dapat membantu masing-masing divisi memenuhi target,” katanya.

Tri berharap seluruh proses transformasi digital ini pada akhirnya berkontribusi langsung terhadap ketahanan energi nasional.

“Seluruh proses transformasi digital yang dilaksanakan oleh PHR benar-benar diarahkan untuk ketahanan energi,” kata Tri.

Secara keseluruhan, berbagai inisiatif digital di sektor migas, mulai dari AI di kilang, modernisasi kilang besar, hingga pusat kendali digital seperti DICE di WK Rokan, dipandang sebagai langkah positif untuk menjadikan industri migas Indonesia lebih efisien, transparan, dan siap menghadapi tantangan energi masa depan.