IHSG Ditutup Menguat di Level 7.885

Posted on

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan hari ini. Pada penutupan pasar, IHSG tercatat menguat seharian di level 7.880-an.

Dikutip dari RTI Business, Rabu (3/9/2025), IHSG ditutup di level 7.885,86 atau menguat 84,27 (1,08%). IHSG hari ini dibuka pada 7.843,63 mencapai titik tertinggi di level 7.911,61 dan terendah di 7.840,75.

IHSG mencatat volume transaksi sebanyak 37,89 miliar saham dengan nilai sebesar Rp 18,299 triliun. Adapun frekuensi saham yang diperdagangkan hari ini mencapai 2.162.349 kali.

Pada penutupan perdagangan hari ini, tercatat 400 saham menguat, 275 saham melemah, dan 126 saham yang stagnan.

Dalam satu minggu terakhir IHSG melemah 0,63%. Secara tiga bulanan, IHSG masih terlihat naik 9,54%. Kemudian, secara enam bulanan naik 18,62%. Sementara, secara tahunan IHSG menguat 8,89%.

IHSG sendiri kembali menguat di angka 7.800-an dalam dua hari terakhir setelah anjlok cukup dalam. Ekonom dan praktisi pasar modal Hans Kwee mengatakan selain karena sentimen positif dampak perekonomian global yang membaik, pembalikan IHSG yang cepat mencerminkan kepercayaan investor masih sangat kuat terhadap kinerja emiten di bursa saham.

Selain itu, Hans juga menyoroti peran regulator dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menghadapi gejolak pasar. OJK dan Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengambil langkah antisipasi, seperti mengubah aturan trading halt dan menyediakan mekanisme buyback tanpa RUPS untuk menenangkan pasar.

Hans menyebut langkah ini sebagai respons yang tepat untuk menjaga stabilitas pasar modal.

“Fundamental ekonomi kita bagus. Langkah pengawasan dan pengaturan OJK sangat baik, dan kerja sama dengan Kementerian Perekonomian juga membantu menenangkan pelaku pasar,” ujarnya dalam keterangannya.

Ia juga bicara peran pemerintah dan aparat dalam meredam ketegangan. “Begitu situasi mulai kondusif, pasar saham kita langsung membaik,” tambahnya.

Menurut Hans, secara umum ekonomi Indonesia masih dalam kondisi yang baik. Indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang kembali naik di atas angka 50 menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan ekonomi.

Dari sisi global, sentimen pasar juga dipengaruhi oleh perkembangan di Amerika Serikat (AS), seperti intervensi Presiden AS Donald Trump terhadap The Fed dan keputusan pengadilan terkait tarif impor.

Meski Indonesia sempat menjadi sorotan karena gejolak politik, terutama dibandingkan negara ASEAN lain seperti Thailand, Hans menegaskan, investor asing masih melihat potensi besar di pasar saham Indonesia.

“Banyak investor percaya bahwa saham-saham emerging market memiliki peluang pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan negara maju. Dampak demo diperkirakan hanya bersifat sementara,” katanya.