Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Chief Operating Officer (COO) Danantara Dony Oskaria buka suara soal perombakan besar-besaran jajaran direksi sejumlah BUMN.
Menurut Dony penunjukan direksi baru di sejumlah BUMN tersebut telah melalui berbagai proses yang profesional. Para direksi pun telah diingatkan soal larangan dalam menjalankan BUMN Di antaranya yakni tidak boleh berutang budi, tidak boleh ada tekanan dalam bekerja, dilarang main golf di hari kerja karena buruk di mata publik, protokol seperti ajudan berlebihan ditiadakan, dan istri direksi dilarang ikut campur urusan kantor.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Saya berkali-kali menyampaikan setiap habis RUPS, saya selalu panggil boardnya dan saya sampaikan 5 pesan kepada mereka bahwa saya tidak minta macam-macam. Nomor satu adalah saya sampaikan bahwa kalian tidak boleh berutang budi kepada siapapun karena kalian dipilih secara profesional berdasarkan kepada kompetensi,” katanya dalam diskusi bersama Ikatan Alumni Fakultas Ilmu Komunikasi (IKA Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) di Hutan Kota Plataran GBK, Jakarta Selatan, Rabu (18/6/2025).
Kedua, Dony mengingatkan para direksi agar jangan mau ditekan oleh pihak lain dalam bekerja. Jika memang ada, Dony mengatakan direksi harus melaporkan hal tersebut kepadanya.
“Jadi tidak ada boleh pekerjaan yang ditekan karena nama A nama B nama C. Kalau ada yang menekan laporkan ke saya, saya juga akan melaporkan. Kalau saya mampu, kalau saya tidak mampu saya melaporkan lagi ke atasnya. Jadi saya bilang tidak boleh bekerja dalam tekanan, lakukan secara profesial,” katanya.
Ketiga, para Direksi BUMN tidak bermain Golf pada saat hari kerja atau jam kerja. Hal ini menurutnya menciderai kepercayaan yang telah diberikan dari masyarakat dan membuat citra BUMN buruk di masyarakat.
“Bukan apa-apa, saya bilang itu memberikan optik yang tidak bagus kepada masyarakat. Kita kan digaji proper, digaji bagus, masa ya kita hari kerja ada di lapangan golf. Menurut saya itu, saya bilang saya tidak bisa mentolerir itu. Bukan buat kepentingan saya, tetapi kita harus menjaga bahwa BUMN ini korporasi,” katanya.
Keempat, Dony menyoroti adanya direksi-direksi BUMN yang mempunyai protokol terlalu banyak, termasuk untuk istri direksi BUMN. Menurutnya, hal itu tidak perlu dan pejabat di luar Indonesia yang pernah ia temui tidak menggunakan protokol terlalu banyak.
“Saya bilang saya tidak suka orang punya protokol banyak-banyak itu. Bahkan istri juga ada protokolnya, itu. Saya ketemu juga banyak CEO-CEO di dunia tidak ada punya protokol 10, ya ajudannya 8 gitu. Saya bilang kita apalagi pegawai negara,” terang Dony.
Kelima, Dony menegaskan bahwa istri Direksi BUMN tidak boleh terlibat dalam urusan kantor. Hal ini dikarenakan BUMN bukanlah warisan orang tua.
“Saya nggak mau itu istri nentuin hordeng, istri nentuin penyanyi, istri nentuin acara gitu. Ini kan kantor, bukan warisan orang tua gitu,” tutur Dony