Harga minyak anjlok dan saham naik setelah Iran melancarkan serangan ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Qatar dan Irak, yang terlihat berhasil dicegah. Para analis menyebut, Iran tidak memiliki kemampuan untuk membalas serangan AS.
Mengutip CNN, analis berharap ketidakmampuan dan kemauan Iran membalas serangan AS menjadi batas respons atas perang di Timur Tengah. Investor saham di AS pun nampak lega dengan kemungkinan tersebut.

Meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Iran menyulut naiknya harga minyak dunia yang berpotensi merusak ekonomi AS. Sementara, menurunnya harga minyak mengerek bursa saham AS.
Harga minyak mentah AS sendiri anjlok 7,2% menjadi US$ 68,51 per barel, penurunan terbesar sejak awal April dan salah satu hari terburuk selama tiga tahun terakhir.
Kondisi ini menjadi yang pertama kalinya terjadi di perdagangan minyak dengan harga di bawah US$ 70 sejak 12 Juni, sehari sebelum Israel mulai menyerang fasilitas nuklir Iran. Kala itu, harga minyak dunia naik hingga 6% mencapai US$ 78,50 per barel.
Sementara itu, bursa saham AS, Dow Jones terpantau naik 374 poin atau sekitar 0,89% setelah kejatuhannya. Sedangkan indeks S&P 500, naik 0,96% dan Nasdaq Composite naik 0,94%.
Untuk diketahui, investasi di pasar AS dihadapkan sejumlah tantangan, mulai dari kebijakan tarif, sinyal ekonomi yang beragam, ketidakpastian atas suku bunga, hingga sekarang konflik yang meningkat di Timur Tengah.
Para investor berasumsi serangan AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran beberapa waktu lalu membuat saham turun dan harga minyak naik, lantaran takut adanya potensi blokade Iran terhadap Selat Hormuz.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Volatilitas pasar dapat diredam jika serangan AS dan Israel berakhir, kemudian Iran mengurungkan rencana pembalasan. “Para pedagang telah melihat banyak alarm palsu terkait risiko gangguan geopolitik di pasar minyak,” kata Presiden Rapidan Energy Group McNally, dikutip dari CNN, Selasa (24/6/2025).
“Kecuali jika terjadi gangguan material pada energi, produksi, atau arus Teluk, saya rasa lonjakan lebih lanjut akan terkendali,” imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri Energi AS Chris Wright memperkirakan harga minyak akan turun, menyusul menurunnya eskalasi konflik di Timur Tengah. Namun, harga minyak hari ini justru merosot lebih dalam dari prediksinya.
“Saya tidak mengharapkan banyak pergerakan harga minyak naik akibat ketegangan yang terjadi. Saya tidak terkejut harga minyak turun sedikit, mungkin lebih dari yang saya duga,” ucapnya.
Simak juga Video: Harga Minyak Dunia Diprediksi Meroket Usai AS Serang Iran