Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri mengecek harga dan ketersediaan kebutuhan pokok di Pasar Johar Baru hari ini. Dalam tinjauan tersebut, harga cabai masih berada di atas harga acuan.
Dalam kunjungannya, harga cabai keriting dibanderol Rp 50.000/kg. Pedagang menyebut harga ini turun dibandingkan dua pekan lalu yang mencapai Rp 80.000/kg.
Sementara itu, harga cabai rawit mencapai Rp 70.000/kg, turun dibandingkan dua pekan lalu yang mencapai Rp 120.000/kg. Meski angka ini sudah menunjukkan tren penurunan dibandingkan beberapa minggu lalu, namun harga tersebut masih cukup tinggi.
Badan Pangan Nasional mengatur Harga Acuan Penjualan (HAP) cabai rawit merah berada di kisaran Rp 40.000-57.000/kg. Sementara HAP cabai merah keriting di tingkat konsumen Rp 37.000-55.000/kg.
“Untuk cabai masih di atas dikit di atas harga acuannya sedikit, di kisaran Rp 60.000-70.000/kg,” ujar Roro usai sidak di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (31/12/2025).
Roro mengakui bahwa masih ada tantangan saat ini dalam menghadapi fluktuasi harga cabai, salah satunya faktor cuaca. Menurut ia, cabai termasuk komoditas yang sensitif terhadap perubahan suhu dan kelembaban.
“Iya, jadi cabai itu memang agak challenging karena di mana-mana saya turun itu biasanya karena cuaca, dan dia rentan, pokoknya dia sensitif sekali. Kalau misalnya ada embun saja itu dia mempengaruhi bahkan pucuk dari cabainya, dan itu bisa langsung spread keseluruhannya,” terang Roro.
Menyadari bahwa tren kenaikan harga cabai selalu berulang di setiap musim hujan, Roro akan segera berkoordinasi dengan kementerian dan instansi terkait untuk mencari solusi jangka panjang.
“Jadi, itu yang kemudian di mana biasanya stoknya itu tidak terlalu banyak, sehingga tentunya harganya juga naik gitu. Nah semakin hujan biasanya trennya seperti itu. Jadi makanya kita akan coba berkoordinasi lintas kementerian bagaimana untuk mencarikan solusi terbaik, khususnya untuk cabai karena trennya selalu sama,” imbuh Roro.
Berbeda dengan cabai, komoditas minyak goreng subsidi, Minyakita, justru terpantau stabil dan dijual sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). Di Pasar Johar Baru, Minyakita dibanderol Rp 15.700 per liter, bahkan di Pasar Senen dijual Rp 15.500 per liter.
“Jadi, dijualnya kalau di sini Rp 15.700. Kalau misalnya di pasar yang tadi Pasar Senen itu Rp15.500. Jadi, beda dikit tapi pada prinsipnya itu di bawah HET. Berarti dari segi komoditinya ada, barangnya ada, pasokannya juga aman, dan permintaan masyarakat juga ada, demand-nya juga ada,” imbuh Roro.
