Indonesia dibanjiri gelombang ekspansi UMKM sektor makanan dan minuman (F&B) asal China. Merek-merek seperti Mixue, Wedrink, Heytea dan Chagee tampil dominan seakan menggebrak pasar lokal.
Berdasarkan data lembaga riset asal Singapura Momentum Works, Senin (21/7/2025), sejak tahun 2022 lebih dari 6.100 gerai F&B asal China membanjiri pasar Asia Tenggara. Sebanyak 66% atau sekitar 4.000 gerai di antaranya terkonsentrasi di Indonesia dan Vietnam.
Lonjakan ekspansi ini didorong oleh lesunya pasar domestik di China. Tercatat lebih dari 1 juta gerai F&B di China tutup pada 2024 akibat kelebihan pasokan dan stagnasi konsumsi dalam negeri. Asia Tenggara dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan regulasi yang relatif longgar, menjadi tujuan baru yang menjanjikan.
Ketua Umum Perhimpunan Waralaba & Lisensi Indonesia Levita Ginting Supit mengatakan banjirnya F&B asal China membuat persaingan F&B lokal semakin ketat. Hal ini berisiko tinggi terhadap tutupnya pemain F&B lokal.
“Kalau UMKM yang sudah survive, yang sudah terkurasi, menurut saya dia nggak akan kalah karena mereka masih memegang marketnya Indonesia. Cuma UMKM yang belum siap menghadapi masuknya bisnis dari luar ke Indonesia, itu pasti kena dampak,” kata Levita kepada detikcom, Senin (21/7/2025).
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Levita menyebut banjirnya F&B asal China bukan satu-satunya permasalahan bagi UMKM Indonesia. Kondisi itu diperparah dengan ekonomi yang melemah akibat daya beli masyarakat menurun.
“Masuknya mereka (F&B China) bukan faktor utama. Waralaba lokal juga ada yang terpuruk ya karena daya beli masyarakat berkurang. Bukan hanya F&B saja, bisnis ritel lainnya juga kena dampak dengan kondisi ekonomi kita pada saat ini karena daya beli masyarakat menurun,” tutur Levita.
Levita memandang pemerintah memang harus lebih membatasi masuknya F&B dari luar agar F&B lokal bisa berdaya saing. Meskipun fenomena itu juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena belum tentu mereka bertahan lama di Indonesia.
“Kami memandangnya kita jangan menyalahi bisnis luar yang masuk ke Indonesia karena bisnis luar yang masuk ke Indonesia itu juga kita belum tahu sampai seberapa lama mereka mampu buka di Indonesia. Memang perlu juga dibatasi masuknya mereka ke Indonesia ini agar pada saat mereka ramai-ramai masuk, mungkin bisa lebih dikurasi lagi sama pemerintah,” ucap Levita.