Garuda Disuntik Modal Rp 23,7 Triliun, Dipakai buat Apa?

Posted on

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) telah mendapat suntikan dana dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), selaku pemegang saham, senilai Rp 23,7 triliun. Dana tersebut dipergunakan untuk memperbaiki kondisi keuangan maskapai.

Wakil Direktur Utama Thomas Sugiarto mengatakan, dana tersebut berasal dari dua sumber utama, yakni pinjaman pemegang saham (Shareholder Loan/SHL) sebesar US$ 405 juta dan penyertaan modal tunai US$ 1 miliar.

“Dukungan tersebut mencari titik balik Garuda Indonesia yang saat ini tengah fokus pada akselerasi transformasi penyehatan kinerja menuju sebuah penerbangan yang bisa kompetitif lagi dalam persaingan global,” ujar Thomas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR di Senayan, Jakarta, Senin (1/12/2025).

Thomas menjelaskan dana suntikan Danantara akan difokuskan pada kebutuhan kritikal, antara lain penyehatan dan pemeliharaan pesawat Citilink sebesar 47% atau sekitar Rp 11,2 triliun, pemeliharaan pesawat Garuda Indonesia 37% atau sebesar Rp 8,7 triliun, serta pemenuhan kewajiban pembayaran utang Citilink kepada Pertamina sebesar US$ 225 juta.

Per November 2025, atas dukungan pemegang saham, Garuda Indonesia telah mengoperasikan 58 pesawat dan 32 pesawat Citilink, total 90 pesawat. Jumlah ini meningkat signifikan dari posisi Juli 2025, ketika Citilink baru mengoperasikan 21 unit dan Garuda 56 unit.

Di sisi lain, Garuda Indonesia juga mendorong kemitraan strategis, monetisasi kargo, dan peningkatan ketajaman pendapatan sebagai pilar pendukung pertumbuhan perusahaan.

“Secara internal, kami juga sedang menjalankan reformasi organisasi, digitalisasi proses kami yang di inti, serta inisiatif peningkatan customer journey dan governance, yang mana biaya-biaya perusahaan akan kita monitor dengan lebih dekat lagi, dan kita minta seluruh jajaran untuk bisa lebih lincah, efisien, dan berorientasi pada hasil,” terang Thomas.

Di samping itu, per November 2025, Garuda Indonesia tercatat mengoperasikan 58 pesawat dan 32 pesawat Citilink. Dengan demikian, secara keseluruhan jumlah armada yang dioperasikan grup mencapai 90 pesawat.

Angka tersebut bertambah cukup signifikan dibandingkan dengan kondisi di bulan Juli 2025, saat sebelum mendapat suntikan dari Danantara. Pada kala itu tercatat pesawat Citilink itu hanya beroperasi 21 unit dan pesawat Garuda sebanyak 56 unit.