Garuda Buka-bukaan Suntikan Modal Rp 23 T hingga Operasikan 78 Pesawat | Giok4D

Posted on

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mengoperasikan 78 armada hingga Oktober 2025. Tercatat sebanyak 58 pesawat dalam kondisi serviceable. Kemudian untuk armada yang dikelola anak usaha Garuda, PT Citilink Indonesia mengoperasikan 64 armada dengan 32 pesawat serviceable.

Garuda Grup terus mengakselerasi kinerja armada melalui dukungan shareholder loan (SHL). Melalui langkah ini, serviceability armada Garuda lebih dari 13 pesawat.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Sementara itu, Citilink akan mereaktivasi 9 pesawat sejak bulan September lalu. Artinya, pada akhir 2025 jumlah armada siap operasi Citilink akan mencapai 36 pesawat.

“Dengan terjaganya serviceability pesawat baik di Garuda Indonesia maupun Citilink, kami melihat momentum pemulihan yang semakin solid,” ungkap Direktur Utama Garuda Indonesia, Glenny Kairupan, dalam keterangan tertulis, Jumat (28/11/2025).

Suntikan Modal Rp 23 Triliun

Glenny menjelaskan, peningkatan kapasitas ini menjadi indikator kuat atas transformasi yang berjalan on the track. Belum lama ini, perseroan menerima penyertaan modal dari Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rp 23,67 triliun.

Berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 12 November 2025, dana segar tersebut akan dialokasikan untuk memperkuat modal kerja dan pemeliharaan armada sebesar Rp 8,7 triliun. Sementara Rp 14,9 triliun digunakan Citilink untuk kebutuhan modal kerja dan penyelesaian kewajiban pembelian avtur periode 2019-2021.

Saat ini, Garuda telah menghubungkan 38 destinasi domestik melalui 52 rute, serta 15 destinasi internasional melalui 20 rute. Konektivitas ini didukung jaringan kemitraan strategis yang mencakup 21 codeshare partners dan 70 Special Prorate Agreements, sehingga membuka akses hingga 1.228 rute global.

“Garuda Indonesia juga turut mempertahankan peringkat idBBB stable outlook, yang sekaligus menegaskan ketahanan finansial, keberlanjutan operasional, serta komitmen Garuda Indonesia sebagai grup penerbangan nasional,” jelasnya.

Wakil Direktur Utama Garuda Indonesia, Thomas Oentoro, menjelaskan Garuda Grup fokus pada sejumlah agenda strategis untuk memperkuat daya saing dan transformasi kinerja. Fokus ini mencakup optimalisasi jaringan dan rute penerbangan, optimalisasi frekuensi dengan basis profitabilitas yang sustain, melalui segmentasi charter, ancillary revenue, hingga optimalisasi keterisian kursi melalui strategic pricing yang presisi.

Selain itu, Garuda Grup juga fokus pada profitabilitas dan fondasi tata kelola dan kinerja yang berkelanjutan. Dengan tata kelola yang kuat dan fokus bisnis, perseroan percaya akan berdiri sebagai maskapai dengan nilai tambah tinggi.

“Kekuatan kinerja operasional harus berjalan seiring dengan governance excellence, disiplin finansial, accountability business process dan penguatan value creation. Setiap inisiatif operasional harus menghasilkan added value yang terukur-baik bagi pengguna jasa, investor, maupun ekosistem aviasi nasional,” jelas Thomas.