ESDM Jamin Proyek Sulap Sampah Jadi Listrik Tak Bikin Polusi

Posted on

Pemerintah berencana menyulap sampah menjadi listrik melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Namun rencana tersebut mendapatkan kritikan dari sejumlah organisasi masyarakat yang menyoroti adanya potensi polusi dari gas buang hasil pembakaran sampah.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menegaskan bahwa nantinya teknologi yang digunakan dalam PLTSa tersebut tidak akan mencari lingkungan. Pasalnya, teknologi yang digunakan dapat membakar sampah hingga 900 derajat celcius.

“Jadi justru ini kan dengan teknologi, dengan pembakaran sampai 900 derajat celcius, ya berarti kan gas buangnya pun itu juga dilakukan pengolahan itu justru tidak mencemari terhadap lingkungan, seperti di Singapura itu kan mereka juga sudah cukup lama,” katanya saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/11/2025).

Yuliot menambahkan, sistem pengolahan sampah jadi listrik sudah diterapkan di berbagai negara maju seperti Jepang dan Singapura. Bahkan, Yuliot mengklaim proyek sampah jadi listrik ini mampu membuat kota lebih bersih dan lingkungan lebih sehat.

“Dengan adanya pengolahan sampah menjadi energi ini, ya justru kita lihat ini sampahnya terkelola, lingkungan itu menjadi lebih sehat, kota menjadi lebih bersih,” katanya.

Lebih lanjut, Yuliot mengatakan saat ini pihak Jepang, China dan Eropa tertarik untuk menggarap proyek ini. Dalam hal ini menawarkan teknologinya.

“Untuk mitra teknologi PLTSA, kita kan juga sudah melakukan identifikasi. Jadi untuk identifikasi yang kita lakukan, ini berdasarkan vendor teknologi. Ini ada dari Jepang, itu ada dari Eropa, dan juga dari China,” kata Yuliot.

Yuliot mengatakan saat ini Danantara tengah melakukan identifikasi mitra teknologi untuk memastikan proyek tersebut berjalan efisien. Dari tiga negara tersebut, Yuliot mengatakan belum ada keputusan teknologi dari negara mana yang bakal menggarap proyek itu.

“Belum, itu dari danatara sendiri sudah mengidentifikasi vendor teknologi sebagai mitra. Jadi kalau kita lihat dari implementasi waste to energy ini, cukup banyak negara yang sudah melaksanakan. Seperti dari Jepang, mereka sudah lama melaksanakan pengelolaan waste to energy. Dari China, mereka juga sudah lama,” katanya.

“Dan juga kita melihat dari sisi ekosistem teknologinya sendiri, bagaimana juga bisa transfer teknologi dilakukan oleh badan usaha ke perusahaan-perusahaan mitra di Indonesia, termasuk Danantara,” tambahnya.