Emas Tembus Rekor, Geopolitik & Trump Bikin Investor Panik!

Posted on

Harga emas dunia menyentuh rekor tertingginya, mendekati US$ 3.600 per troy ounce pada perdagangan Jumat (5/9/2025). Sementara itu, harga emas Antam per hari ini, Sabtu (6/9/2025), juga tercatat menyentuh harga tertinggi sepanjang sejarah, Rp 2.060.000 per gram.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, membeberkan penyebab melonjaknya harga emas, yakni masih berlangsungnya dinamika geopolitik dunia. Selain itu, sejumlah kebijakan kontroversial dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, juga disinyalir menjadi faktor di balik fluktuasi harga emas.

“Karena data ekonomi Amerika pada Jumat itu jelek. Ini membuat para spekulan menganggap Bank Sentral Amerika kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga dalam pertemuan tanggal 16-17 September 2025. Hal ini membuat investor kembali mengoleksi logam mulia sebagai safe haven,” kata Ibrahim kepada detikcom pada Sabtu (6/9/2025).

Hal lain yang memicu meroketnya harga emas adalah kebijakan dan intervensi Trump terhadap Bank Sentral AS. Salah satunya terlihat dari pemecatan Gubernur The Fed, Lisa Cook, dengan alasan dugaan keterlibatan dalam kasus penipuan hipotek.

“Ya, kemudian Lisa Cook pun melawan. Bank Sentral itu dipilih melalui kongres, kemudian disetujui oleh presiden, dan gubernurnya bersifat independen. Adanya intervensi dari presiden membuat perpolitikan di Amerika sedikit terguncang,” jelasnya.

Gonjang-ganjing di dunia politik AS turut memengaruhi kepercayaan investor untuk berinvestasi ke logam mulia. Hal ini semakin diperkuat dengan kebijakan perang dagang yang diterapkan Trump terhadap sejumlah negara.

“Carut-marut politik di Amerika membuat masyarakat kembali mengoleksi emas, apalagi India dan Tiongkok memupuk logam mulia sebagai cadangan devisa. Kita lihat perang dagang antara Amerika dan India, karena India selama ini mengimpor minyak mentah dari Rusia. Sedangkan Rusia sedang bertransaksi ekonomi dengan Amerika maupun Eropa,” terangnya.

Di sisi lain, Ibrahim menyebut konflik geopolitik di Timur Tengah juga kian memanas. Salah satunya adalah ultimatum Presiden Rusia, Vladimir Putin, kepada negara-negara Eropa agar tidak ikut campur dalam konflik Ukraina.

“Ini menimbulkan ketegangan tersendiri, sehingga perang berpotensi semakin besar. Orang menganggap ini sudah memasuki perang dunia ketiga karena keterlibatan anggota NATO (Eropa dan Amerika), walaupun tidak secara terbuka,” ujarnya.

Terlebih lagi, AS hingga saat ini tidak mengakui kedaulatan Palestina sebagai sebuah negara. Ibrahim menyebut ini turut memicu ketegangan politik di Timur Tengah dan Eropa.

Fenomena melonjaknya harga emas juga dipicu tingginya permintaan sementara pasokan terbatas.

“Kita melihat produksi minyak mentah terbesar ada di Timur Tengah. Jika terjadi perang geopolitik antara Amerika dan Iran, pasokan minyak mentah kemungkinan besar akan berkurang,” katanya.

“Di sisi lain, supply dan demand tidak seimbang. Permintaan banyak, barang sedikit. Ini yang membuat harga emas dunia terus melonjak tinggi,” tutup Ibrahim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *