Kinerja ekspor Indonesia pada semester I 2025 tumbuh sebesar 7,7%. Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan, ekspor pada periode tersebut tercatat sebesar US$ 135,41 miliar atau Rp 2.220 triliun (kurs Rp 16.400), naik dibanding tahun lalu yang sebesar US$ 125,73 miliar.
Surplus juga meningkat menjadi US$ 19,48 miliar atau Rp 319 triliun, naik dibanding periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 15,68 miliar atau Rp 257 triliun. Surplus terbesar Indonesia adalah dengan Amerika Serikat dengan nilai US$ 9,9 miliar atau Rp 162 ,36 triliun.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Tujuan ekspor utama kita masih tetap RRT, kemudian disusul Amerika Serikat, India, Jepang, dan Malaysia. Kemudian kalau kita lihat surplus kita, semester pertama justru yang paling tinggi adalah ke Amerika, sebesar US$ 9,9 miliar, disusul India, Filipina, Malaysia, dan Vietnam,” terang Budi dalam Konferensi Pers Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II-2025 di Kantor Kementerian Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Sementara itu, kawasan ASEAN menyumbang surplus perdagangan terbesar mencapai US$ 9,5 miliar, lalu Uni Eropa sebesar US$ 3,7 miliar dan Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) senilai US$ 0,007 miliar. Ekspor ke Eropa dan EAEU diharapkan meningkat seiring dengan perundingan dagang yang selesai dilakukan.
Budi menambahkan, ekspor Indonesia didominasi oleh industri pengolahan sebesar 83,81%, kemudian pertambangan 13,55%, dan pertanian 2,64%. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan ekspor yang cukup tinggi mencapai 49,77%, disusul disusul industri pengolahan 16,57%. Namun, sektor pertambangan dan lainnya melalui kontraksi sebesar 25,21%.
Lalu dilihat dari pertumbuhannya, ekspor ke Swiss adalah yang tertinggi dengan pertumbuhan mencapai 111,2%. Selanjutnya ada Arab Saudi, Thailand, Bangladesh, dan Singapura.
“Kemudian kawasan dengan pertumbuhan ekspor tertinggi semester I adalah Asia Tengah sebesar 92%, Afrika Barat 57%, Afrika Timur 52%, Amerika Selatan 48%, Afrika Selatan 43%. Dan produk-produk yang mengalami pertumbuhan tertinggi dalam ekspornya adalah kakao dan olahan, kopi, teh dan rempah, timah, aluminium, dan berbagai produk kimia,” terang Budi.