Ekonomi kreatif kian kokoh sebagai motor pertumbuhan 2025, dengan ekspor, investasi, dan tenaga kerja melampaui target. Pada Ekraf Annual Report (EAR) 2025, Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya menegaskan keberhasilan tersebut ditopang kolaborasi lintas sektor dan program akselerasi yang sistemik.
“Ekonomi kreatif bukan lagi sekadar potensi, melainkan tambang baru yang tumbuh dari daerah dan menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi. Data dan kolaborasi yang kuat akan memastikan kebijakan kami tepat sasaran dan berdampak luas,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (23/12/2025).
Acara EAR 2025 digelar di Thamrin Nine Ballroom, Senin (22/12). Forum ini menyoroti capaian ekonomi kreatif yang menunjukkan perkembangan menggembirakan sepanjang tahun.
Paparan kinerja dalam EAR 2025 menegaskan tren positif sektor ekonomi kreatif. Sepanjang Januari hingga Oktober 2025, nilai ekspor ekraf mencapai 26,68 miliar dolar AS, menyumbang 11,96% dari total ekspor nonmigas nasional.
Selain itu, realisasi investasi pada triwulan III tercatat sebesar Rp132,04 triliun atau 107% dari target RPJMN 2025. Jumlah tenaga kerja yang terserap pun mencapai 27,4 juta orang. Pencapaian ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo yang tertuang dalam Asta Cita ketiga dan kelima.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi PDB sektor ini pada 2024 sebesar Rp1.611,2 triliun atau 7,28% dari PDB nasional melebihi pertumbuhan PDB nasional 5,03% angka yang menegaskan peran nyata ekraf dalam perekonomian. Riefky Harsya menegaskan momentum ini sebagai titik tolak penguatan lebih lanjut.
Dalam setahun terakhir, ekonomi kreatif menguat secara kelembagaan dengan hadirnya dinas atau komite ekraf di 19 provinsi dan sejumlah daerah. Berbagai kerja sama strategis, baik nasional maupun internasional, juga berhasil dijalin.
“Angka-angka tersebut menjadi bukti ekonomi kreatif mampu menjadi mesin baru pertumbuhan yang di mulai dari darah dan tolok ukur implementasi Asta Ekraf kerangka strategi 8 klaster yang mengarahkan kebijakan dari aspek data, talenta, infrastruktur, hingga komersialisasi kekayaan intelektual,” ujar Riefky Harsya.
Sepanjang 2025, Kementerian Ekraf menjalankan berbagai program untuk menguatkan peran sebagai akselerator dan pembuat kebijakan. Inisiatifnya meliputi Tekoteh, Rindekraf 2026-2045, Desa Kreatif, Emak-Emak Matic/GenMatic, serta Wonder Voice of Indonesia.
Seluruh program dirancang guna memperkuat rantai nilai dari hulu ke hilir, memperluas akses pasar internasional, serta meningkatkan kapasitas pelaku dan talenta lokal agar ekonomi kreatif semakin berdaya saing.
“Di tingkat global, kami terus memperkuat kerja sama internasional, salah satunya melalui MoU dengan Pemerintah Perancis, dalam kunjungan Presiden Emmanuel Macron ke Indonesia,” ujar Riefky Harsya.
Sementara itu, Wakil Menteri Ekraf Irene Umar mengungkapkan para pejuang ekraf di Indonesia saat ini telah di akui seluruh dunia, untuk itu, kehadiran Kementerian Ekraf bukan hanya sebagai regulator, tetapi sebagai fasilitator.
“Karena komitmen kita dari awal adalah mempergunakan produk lokal guna mendorong ekonomi kreatif. Dari semua hexahelix yang ada juga harus bareng-bareng mendorong karena produk ekonomi kreatif itu bukan hanya di Indonesia tetapi juga di mancanegara,” ungkap Irene.
Sebagai kementerian baru, Kementerian Ekonomi Kreatif berhasil meraih predikat ‘Informatif’ Keterbukaan Informasi Publik, peringkat ke-25 dari 86 kementerian dan lembaga, serta memperoleh Penghargaan Khusus Badan Publik Baru.
Kementerian Ekonomi Kreatif meraih peringkat kelima dalam kategori ‘Informatif’ untuk kementerian baru hasil pemekaran. Penghargaan dari Komisi Informasi Pusat ini menjadi apresiasi atas komitmen mempercepat keterbukaan informasi publik sesuai UU No.14 tahun 2008.
Ragam Program Strategis Tahun 2026
Kementerian Ekraf menyiapkan Program Strategis Ekonomi Kreatif 2026 sebagai arah kebijakan untuk memperkuat peran ekraf sebagai motor pertumbuhan nasional. Program ini berbasis Indeks Kinerja Utama dengan empat pilar utama: investasi, ekspor, tenaga kerja, dan pertumbuhan PDB sektor ekraf.
Untuk mendorong investasi, Kementerian Ekraf menyiapkan berbagai program penguatan. Di antaranya Ekraf Business Forum berskala internasional, World Conference on Creative Economy (WCCE) 2026 dengan partisipasi lebih dari 50 negara, serta komersialisasi kekayaan intelektual.
Selain itu, tersedia skema insentif bagi subsektor prioritas seperti film, gim, dan aplikasi. Seluruh program ini ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah sekaligus memperkuat daya saing global produk kreatif Indonesia.
Strategi ekspor difokuskan pada program Akselerasi Ekspor Kreasi Indonesia (ASIK) untuk mendorong daya saing global. Identitas merek diperkuat lewat Creative by Indonesia, dukungan Ekraf Hub sebagai platform kolaborasi, serta insentif bagi subsektor fesyen, kriya, kuliner, dan penerbitan.
Penguatan tenaga kerja difokuskan pada peningkatan kapasitas talenta kreatif melalui pelatihan digital marketing, seperti Gen Matic dan Emak Matic. Upaya ini juga mencakup pengembangan konten bagi kreator digital serta program Kreasi Laboratorium (Kreatorium) untuk memperkuat ekosistem pekerja gig economy di perkotaan.
Pendekatan tersebut menegaskan bahwa sumber daya manusia menjadi fondasi utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif.
Pada aspek pertumbuhan PDB jangka menengah dan panjang, pemerintah menyiapkan regulasi strategis melalui Peraturan Presiden tentang Rencana Induk Ekonomi Kreatif 2026-2045.
Kebijakan ini diperkuat melalui program AKTIF untuk mendorong daya saing lokal, Ruang Kreatif Merah Putih sebagai pusat kolaborasi, serta Desa Kreatif yang mengembangkan potensi daerah.
Kementerian Ekraf juga mengaitkan program ekraf dengan prioritas nasional lintas kementerian, termasuk Koperasi Desa Merah Putih, MBG, Sekolah Rakyat, dan Sekolah Garuda.
Sinergi tersebut menegaskan bahwa ekonomi kreatif tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian integral dari pembangunan nasional yang inklusif, berbasis inovasi, dan berorientasi pada penguatan ekonomi dari daerah.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.






