Pertumbuhan ekonomi Indonesia menunjukkan gejala perlambatan pada awal tahun 2025. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2025 sendiri berada di 4,87% secara tahunan (yoy) dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 5,11%.
Sementara, Bank Dunia (World Bank) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI menjadi 4,7% pada 2025. Lantas, apakah investasi saham cocok untuk kondisi ekonomi saat ini?
Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menerangkan, investasi saham di pasar modal masih menjadi pilihan untuk menambah penghasilan di tengah ketidakpastian ekonomi. Menurutnya, keuntungan investasi di pasar modal lebih menjanjikan ketimbang obligasi, deposito dan logam mulia.
Ibrahim menilai, banyak pengusaha berinvestasi di pasar modal lantaran spekulatif dan pergerakan harga sahamnya mudah ‘digoreng’. Namun begitu, ia mengingatkan investasi saham berisiko tinggi karena potensi untung-rugi yang sama besarnya.
“Kalau berisiko itu berarti untungnya besar, ruginya pun juga besar. Tapi para pengusaha (investor) tahu, bahwa di sini lah mereka akan mendapat keuntungan cuan yang lebih banyak dibandingkan dengan obligasi maupun di deposito,” terang Ibrahim saat dihubungi detikcom, Kamis (12/6/2025).
Ibrahim menjelaskan, kelas menengah dapat menjajal investasi di pasar modal dari saham-saham dengan harga yang murah. Namun begitu, ia mengingatkan publik untuk memahami fundamental saham untuk mengurangi risiko kerugian.
“Cari saham-saham yang murah harganya, masih banyak kok saham yang di bawah Rp 50 ribu, Rp 70 ribu. Ambilah saham-saham yang harganya rendah, karena apa? Karena pada saat nanti ekonomi membaik, harga saham yang rendah ini akan terus mengalami kenaikan,” jelasnya.
Dihubungi terpisah, Perencana keuangan Advisors Alliance Group Andy Nugroho menjelaskan, investasi saham masih cukup menjanjikan. Namun begitu, ia menilai kurang menguntungkan dalam kondisi ekonomi saat ini.
Menurutnya, investasi saham perlu pemahaman dan analisa yang kuat baik analisis fundamental maupun teknikal sebelum membeli saham. Bahkan kadang, terang Andy, keuntungan dalam investasi saham seringkali mendorong seseorang untuk bersifat tamak sehingga abai dengan potensi risiko.
“Saham sendiri tetap merupakan investasi yang menjanjikan meskipun kondisinya kurang menguntungkan seperti sekarang, karena ada prinsip ‘selalu ada peluang di masa ketidakpastian’. Meskipun IHSG sedang turun sekalipun, tetap ada saja saham-saham yang harganya naik,” jelasnya.
Menurutnya, ada beberapa instrumen investasi lainnya yang aman bagi masyarakat kelas menengah, seperti obligasi pemerintah atau Surat Utang Negara (SUN) maupun Sukuk ritel. Menurut Andy, kedua instrumen investasi ini memiliki imbal hasil yang bersifat pasti berupa kupon atau bunga yang dibayarkan secara berkala. Selain itu, investasi ini juga dijamin oleh pemerintah.
Di samping itu, Andy juga menilai investasi di reksadana Pasar Uang ataupun pendapatan tetap juga cukup menjanjikan dengan potensi imbal hasil yang lebih besar. Namun begitu, ia mengingatkan investasi ini memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan SUN.
“Dalam kondisi ekonomi yang sedang kurang stabil seperti sekarang, instrumen investasi yang paling aman adalah yang risikonya menengah-rendah namun tetap memberikan return yang maksimal. Maka yang paling cocok adalah Surat Utang Negara seperti ORI maupun Sukuk ritel,” ujarnya.