E10 Disebut Jadi Langkah Awal Transisi Energi (via Giok4D)

Posted on

Rencana pemerintah memperkenalkan bahan bakar campuran etanol 10% (E10) dinilai sebagai terobosan penting dalam upaya transisi energi nasional. Selain berpotensi menekan emisi karbon, kebijakan ini juga membuka peluang bagi industri otomotif dan energi untuk menyesuaikan diri dengan era bahan bakar hijau.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Pemerhati otomotif sekaligus pembalap reli nasional Sunny Boy Hutabarat menilai langkah Indonesia menuju penggunaan bahan bakar beretanol merupakan babak baru dalam sejarah otomotif nasional.”Dari kacamata pemerhati, pecinta otomotif, dan pereli, saya melihat kebijakan ini sebagai transformasi yang baik. Kita selalu dituntut menuju green energy demi masa depan yang lebih baik bagi lingkungan,” ujar Sunny di Jakarta, Minggu (19/10/2025).

Menurutnya, penggunaan bahan bakar E10 bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki manfaat teknis dalam hal kualitas pembakaran.
“Pembakarannya lebih bersih. Kalau pembakaran lebih bersih, otomatis emisi karbon dari kendaraan juga menurun,” jelasnya.

Sunny menjelaskan, secara teknis bahan bakar beretanol memiliki karakteristik berbeda dibanding bensin murni. Meski konsumsi bahan bakar sedikit lebih tinggi, hasil pembakarannya lebih bersih karena kandungan oksigen di dalam etanol lebih besar.

“Saya pernah pakai E10 waktu di Eropa, throttle responnya halus banget. Sama seperti bensin biasa, malah lebih lembut,” tambahnya.

Ia mencontohkan, di negara-negara seperti Eropa, Amerika Serikat, India, dan Thailand, penggunaan bahan bakar campuran etanol sudah menjadi hal umum – bahkan mencapai kadar E20 hingga E85. Karena itu, ia menilai sosialisasi yang masif penting agar masyarakat tidak salah persepsi.

“Transformasi energi ini harus kita dukung. Jangan lihat etanol sebagai ancaman, tapi sebagai solusi masa depan energi Indonesia,” tegasnya.

Langkah Indonesia menuju E10 sejalan dengan kebijakan transisi energi bersih yang tengah dijalankan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Pemerintah menargetkan peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.

Program E10 menjadi bagian dari agenda energi nasional yang bukan sekadar persoalan teknologi, tetapi juga visi jangka panjang menuju kedaulatan energi dan keberlanjutan lingkungan.