Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat transaksi di Bursa Karbon (IDXCarbon) mencapai Rp 80,75 miliar sepanjang indeks tersebut diluncurkan pada 26 September 2025. Meski begitu, perdagangan karbon disebut masih diminati.
Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Eddy Manindo Harahap, menjelaskan peminat indeks Bursa Karbon terus meningkat. Hingga 24 Desember 2025, tercatat transaksi karbon sebanyak 1,6 juta ton CO2 equivalent.
“Secara akumulasi sejak diluncurkan pada tanggal 26 September 2023 hingga 24 Desember 2025, tercatat volume transaksi mencapai 1,6 juta ton CO2 equivalent, dengan total akumulasi nilai transaksi mencapai Rp 80,75 miliar,” ungkap Eddy dalam konferensi persnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (30/12/2025).
Hingga saat ini, tercatat sebanyak 150 perusahaan yang mengikuti transaksi Bursa Karbon. Kemudian tercatat sebanyak 2,67 juta ton CO2 equivalent yang masih tersedia.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Mengutip dari laman IDXCarbon, saat ini tercatat sebanyak 9 proyek yang diperdagangkan mencakup pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, efisiensi pembangkit gas, dan pemanfaatan limbah industri untuk energi.
“Hingga saat ini ada sebanyak 150 perusahaan telah berpartisipasi sebagai pengguna jasa dengan total unit karbon masih tersedia mencapai 2,67 juta ton CO2 equivalent,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq, mengklaim IDXCarbon mulai bergeliat. Hal itu ia ungkap dalam pembukaan Paviliun Indonesia di KTT COP30 Brasil pada November 2025 lalu.
Ia mengatakan, Indonesia terus mencoba memperluas pasar dan meningkatkan kredibilitas karbon. Caranya, Kementerian Lingkungan Hidup sudah melakukan kesepakatan dengan sejumlah mitra global.
Mitra global yang dimaksud seperti Gold Standard Foundation (Mei 2025), Plan Vivo (September 2025), Global Carbon Council (September 2025) Puro Earth (Oktober), Verra (Oktober 2025) dan serta Pemerintah Jepang (COP29, November 2024).
“Yang memungkinkan pengakuan bersama atas standar dan metodologi pengurangan emisi, serta mendorong transparansi,” Ujar Hanif saat pembukaan Paviliun Indonesia di KTT COP30 Brasil, Senin (10/11). tahun
