Dua Emiten Afiliasi Grup Bakrie Dipantau Ketat BEI, Manajemen Buka Suara

Posted on

Dua emiten afiliasi Grup Bakrie, PT Intermedia Capital Tbk (MDIA) dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), masuk dalam papan pemantauan khusus Full Call Auction (FCA). MDIA tercatat masuk dalam FCA sejak 12 Desember 2024, sedangkan VIVA masuk sejak pada 13 Agustus 2025.

Kedua emiten ini masuk lantaran memenuhi kriteria FCA bagian pertama, yakni harga rata-rata saham di Pasar Reguler dan/atau Pasar Reguler Periodic Call Auction kurang dari Rp 51,00; dan Dalam kondisi likuiditas rendah dengan rata-rata harian nilai kurang dari Rp 5.000.000 dan volume kurang dari 10.000 selama 3 bulan terakhir.

Dengan masuknya MDIA dan VIVA dalam papan pemantauan FCA, perdagangan kedua emiten tersebut hanya dilakukan pada sesi lelang di jam tertentu. Pergerakan harga sahamnya pun terbatas hanya sebesar 10%, berlaku untuk Auto Reject Atas (ARA) maupun (Auto Reject Bawah).

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jastiro Abi, menjelaskan masuknya perseroan dan MDIA dalam papan pemantauan khusus FCA lantaran belum menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan public expose sejak penutupan tahun buku 2024. Ia menyebut, pihaknya juga telah menyelenggarakan public expose.

“Kita belum melakukan annual general meeting of shareholders (RUPST). Nah sesudah itu kita sudah selesai, kita gelar public expose,” jelas Abi dalam acara Public Expose di Bakrie Tower, Jakarta, Rabu (3/9/2025).

Dari sisi fundamental, lanjut Abi, perseroan juga akan memperbaiki posisi ekuitas yang defisit. Saat ini, ia menyebut posisi ekuitas perseroan terus menunjukkan perbaikan di level Rp 418,97 miliar di semester I 2025 dari negatif Rp 772,89 miliar di Desember 2024.

“Jadi kami harapkan tidak lama lagi lah, penginnya tidak terlalu lama dalam pemantauan khusus,” imbuhnya.

Berdasarkan data perdagangan RTI Business hari ini, Rabu (3/9), MDIA dan VIVA tercatat menguat, dengan masing-masing 9,68% dan 6,90%. VIVA tercatat berada di harga Rp 31 per lembar saham, sedangkan MDIA Rp 34 per lembar saham.

Ke depan, lanjut Abi, pihaknya akan menjalankan tiga strategi untuk memperkuat kinerja keuangan. Pertama, VIVA akan melakukan reprofiling utang yang saat ini tercatat di posisi Rp 6,09 triliun hingga semester I 2025.

Kedua, VIVA akan melakukan efisiensi di anak-anak usahanya, seperti ANTV. Efisiensi ini dilakukan menyusul kondisi industri media. “Karena situasi industrinya seperti ini, dan fokus itu meningkatkan performance, selain juga cost-nya lebih murah. Itu yang terjadi di ANTV,” jelas dia.

Kemudian strategi ketiga, VIVA hendak mengembangkan bisnis di luar siaran televisi gratis atau Free to Air (FTA). Abi menambahkan, perseroan juga telah memasuki fase digital untuk siarannya.

“Kita develop bisnis, bidang yang sama dengan leveraging existing business. Itu tiga yang kita lakukan. Dua sudah kita lakukan. Sudah ketiga, fase I sudah kita lakukan, yaitu digital sudah kita kembangkan,” ujarnya.

Simak juga Video: Respons Manajemen soal Kabar ANTV Bakal Diakuisisi Emtek

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *