Diserang AS, Akankah Iran Tutup Selat Hormuz?

Posted on

Iran berpotensi menutup Selat Hormuz sebagai cara membalas serangan Israel yang kini dibantu Amerika Serikat (AS) yang ikut menyerang fasilitas nuklir Iran. Jika itu benar-benar dilakukan, harga minyak dunia akan melonjak tajam dan pasokan berkurang.

“Risiko terbesar yang masih ada adalah Selat Hormuz. Itu pasti dapat mengubah segalanya jika Iran memiliki kemampuan untuk menutupnya. Ini menambah risiko baru yang rumit yang harus kita pertimbangkan dan perhatikan. Ini pasti akan berdampak pada harga energi dan berpotensi pada inflasi juga,” kata Chief Investment Officer Cresset Capital, Jack Ablin dikutip dari Reuters, Minggu (22/6/2025).

Sebelum AS serang Iran, Anggota Parlemen Iran mengatakan penutupan Selat Hormuz bisa saja dilakukan jika kepentingan vital Iran terancam. Pilihan itu akan diambil berdasarkan situasi yang ada.

“Jika AS secara resmi dan operasional memasuki perang untuk mendukung Zionis (Israel), itu adalah hak sah Iran dalam rangka menekan AS dan negara-negara Barat untuk mengganggu kemudahan transit perdagangan minyak mereka,” kata Anggota Parlemen Iran, Ali Yazdikhah.

Menurut Yazdikhah, Iran sejauh ini menahan diri untuk tidak menutup Selat Hormuz karena semua negara regional dan banyak negara lain memanfaatkannya sebagai titik transit jalur minyak paling vital di dunia.

“Lebih baik tidak ada negara yang mendukung Israel untuk menghadapi Iran. Musuh-musuh Iran tahu betul bahwa kami memiliki puluhan cara untuk membuat Selat Hormuz tidak aman dan opsi ini layak bagi kami,” kata anggota parlemen tersebut.

Selat Hormuz terletak di antara Oman dan Iran yang merupakan rute ekspor utama bagi produsen-produsen Teluk seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak dan Kuwait. Sekitar 20% dari konsumsi minyak harian dunia (18 juta barel) melewati Selat Hormuz, yang lebarnya hanya sekitar 33 km (21 mil) pada titik tersempitnya.

Melansir Euronews, Pakar Intelijen dan keamanan Claude Moniquet mengungkap empat dampak yang akan terjadi jika jalur perdagangan minyak tersebut diblokir. Pertama, harga minyak dunia akan melonjak tajam dan pasokan berkurang.

Kedua, guncangan hebat pada ekonomi dunia karena harga minyak yang meningkat akan berdampak pada angka inflasi. Kenaikan harga dan pasokan yang menurun akibat tersendatnya jalur perdagangan, akan mengganggu jalannya berbagai industri.

Ketiga, terjadi peningkatan tensi perang. Blokade dapat memicu konfrontasi militer yang melibatkan AS, angkatan laut Uni Eropa dan negara-negara Teluk yang berisiko memicu perang regional yang lebih luas.

Keempat, mandeknya perdagangan global dan naiknya biaya transportasi. Gangguan dapat menunda impor bahan baku, elektronik dan barang-barang konsumen Eropa yang mempengaruhi rantai pasok.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *