Deretan Negara Ini Buka Banyak Lowongan, Bisa buat #KaburAjaDulu

Posted on

Krisis pekerja membuat sejumlah negara maju memutuskan untuk merekrut pekerja migran asing dari berbagai belahan dunia secara besar-besaran. Para pencari kerja asal Indonesia maupun masyarakat yang berminat untuk #KaburAjaDulu juga bisa memanfaatkan peluang ini.

Negara seperti Jerman hingga Jepang berupaya untuk menarik para pekerja migran terampil agar mengisi kekosongan di sektor-sektor strategis. Beragam program hingga insentif juga ditawarkan untuk mengundang para pekerja masuk.

Lalu, negara mana saja yang membuka lowongan kerja besar? Banyak negara-negara Eropa yang membuka lowongan besar untuk pekerja migran.

Jerman menjadi salah satu negara yang membuka lapangan kerja bagi para pekerja migran paling besar. Hal ini didorong oleh krisis tenaga kerja yang dipicu oleh gelombang pensiun generasi baby boomer.

Dikutip dari Euro News, Sabtu (12/7/2025), studi dari Bertelsmann Foundation memproyeksikan, angkatan kerja Jerman dapat menyusut sebesar 10% pada 2040 tanpa imigrasi yang substansial.

Menurut analisis lembaga think tank tersebut, sekitar 288.000 pekerja internasional dibutuhkan untuk mempertahankan tenaga kerja Jerman. Tanpa tambahan pekerja internasional yang memasuki pasar tenaga kerja, jumlah pekerja di Jerman akan turun dari 46,4 juta menjadi 41,9 juta.

Atas hal ini, sejak 2023 pemerintah Jerman melakukan reformasi sistem imigrasi. Langkah ini antara lain dengan EU Blue Card bagi profesional berkualifikasi tinggi, serta menyederhanakan birokrasi untuk pengakuan ijazah luar negeri. Program Opportunity Card berbasis poin juga diluncurkan untuk mempercepat visa pekerja asing

Selain Jerman, ada Italia yang juga menyediakan tambahan 10.000 visa tenaga kerja migran khusus untuk perawatan lansia dan penyandang disabilitas. Hal ini sebagai bagian dari paket migrasi 2023-2025, di mana jumlahnya naik 150% dari periode sebelumnya.

Spanyol juga secara jor-joran membuka lapangan kerja untuk para pekerja migran. Migran berkontribusi signifikan terhadap pengurangan kekurangan tenaga kerja di sektor seperti konstruksi, teknologi, pariwisata, dan kesehatan.

Dikutip dari Washington Post, Spanyol telah memberikan status legal kepada sekitar 700.000 migran sejak 2021, dan sedang mempertimbangkan untuk melegalkan hingga 1 juta lagi. Melalui GECCO Order 2025, Spanyol memperluas program circular migration, memungkinkan pekerja musiman bekerja hingga 9 bulan per tahun selama 4 tahun, dengan kontrak terstruktur dan akomodasi yang dijamin oleh pemberi kerja.

Di luar Eropa, ada Kanada yang secara besar-besaran merekrut tenaga kerja asing melalui Program Pekerja Sementara dan Mobilitas Internasional. Kanada juga memberikan fasilitas birokrasi visa cepat hingga permanent path. Kebutuhan pekerja utamanya di sektor kesehatan, teknologi, hingga konstruksi.

Berikutnya ada Rusia, yang juga baru saja mengumumkan rencananya untuk memperluas sumber tenaga kerja migrannya, khususnya ke negara-negara di luar bekas Uni Soviet. Tingkat pengangguran di Rusia saat ini tercatat di tingkat terendah yakni 2,3%.

Amerika Serikat (AS) juga mengumumkan rencana untuk memperluas lowongan pekerjaan bagi pekerja migran. Presiden AS Donald Trump membentuk Office of Immigration Policy (Departemen Tenaga Kerja) yang bertujuan untuk mempercepat proses visa H‑2A guna memenuhi kebutuhan musiman di sektor pertanian dan hospitality, sebagai respons atas tekanan dari petani dan pemilik hotel yang kekurangan tenaga kerja.

Beralih ke Asia Pasifik, Australia saat ini juga tengah memperluas penerimaan tenaga kerja asing terampil untuk menambal kekurangan pekerja di sektor vital. Para pekerja migran ini disasar untuk sejumlah sektor, mulai dari pertanian, konstruksi dan infrastruktur, teknologi dan keuangan, hingga kesehatan dan perawatan lansia.

Salah satu program yang ditawarkan ada Pacific Australia Labour Mobility (PALM) scheme, pekerja dari negara-negara Pasifik bisa bekerja di pertanian, pengemasan daging, perawatan lansia, dan sektor lainnya selama 1-4 tahun. Australia juga memberi kemudahan izin kerja bagi lulusan asing.

Negara Sakura, Jepang juga mengalami krisis tenaga kerja yang cukup dalam. Jepang kini membutuhkan sekitar 820.000 pekerja terampil hingga tahun fiskal 2028. Hal ini didorong oleh krisis demografi yang serius.

Salah satu upaya yang dilakukan Jepang dengan memperkuat sistem Specified Skilled Worker dan Highly Skilled Professional untuk mengatasi populasi menua, dengan lebih 2 juta pekerja asing hingga 2023.

Negara tetangga Indonesia, Singapura juga memperluas kuota dan memberikan relaksasi regulasi untuk para tenaga kerja asing. Hal ini sebagai respons untuk mengatasi kekurangan pekerja sebanyak 260.00 orang di sektor tertentu.

Sektor tersebut antara lain sektor teknologi, finansial, hingga perbankan. Singapura juga terus merekrut tenaga ahli melalui Employment Pass dan S Pass, dengan kuota dan kebijakan proaktif dari Kementerian Tenaga Kerja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *