China Pilih Bungkam Usai Trump Umumkan Caplok TikTok di AS

Posted on

China memilih diam meskipun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengklaim telah menyetujui kesepakatan yang membuat TikTok bisa tetap beroperasi di AS. Keheningan yang ditunjukkan China terlihat cukup mencolok.

Media resmi China tidak menyinggung kesepakatan itu, sementara diskusi di media sosial juga terbatas. Satu akun Weibo yang berafiliasi dengan pemerintah hanya mengutip profesor dari Universitas Fudan yang menyebut perjanjian itu sebagai win-win bagi kedua negara.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (27/9/2025), saat menandatangani kesepakatan itu, Trump mengatakan dirinya sudah mendapat lampu hijau dari Presiden China Xi Jinping.

Namun, tidak ada perwakilan ByteDance hadir dalam penandatanganan. Baik ByteDance maupun Kedutaan Besar China di Singapura tidak menanggapi permintaan komentar CNBC.

Detail kesepakatan pun masih belum jelas. Pada Jumat, media LastPost di China melaporkan bahwa operasi TikTok di AS akan dibagi menjadi dua perusahaan, mengutip sumber anonim.

Salah satunya adalah perusahaan patungan baru yang diatur dalam perintah eksekutif Trump, yang akan mengelola bisnis, data, dan algoritme TikTok di AS, dengan ByteDance mempertahankan kepemilikan kurang dari 20%.

Struktur ini dianggap memenuhi syarat undang-undang keamanan nasional AS yang mewajibkan ByteDance melepaskan kepemilikannya di operasi TikTok AS atau menghadapi larangan penuh.

ByteDance juga dilaporkan akan membentuk perusahaan AS baru yang bertanggung jawab atas e-commerce, iklan merek, dan hubungan dengan operasi internasional TikTok.

Nasib TikTok di AS memang sudah lama terkatung-katung, dengan politisi dari dua partai besar khawatir Beijing bisa mengakses data sensitif atau memakai TikTok untuk mempengaruhi opini publik.

Survei Pew Research terbaru menunjukkan satu dari lima orang dewasa di AS kini secara rutin mendapat berita dari TikTok, naik tajam dari hanya 3% pada 2020. Awal tahun ini, Mahkamah Agung AS menegakkan undang-undang yang akan melarang TikTok kecuali ByteDance melepas kepemilikannya.

Tenggat awalnya Januari, tetapi Trump lewat serangkaian perintah eksekutif berulang kali memperpanjang batas waktu sambil mencari kesepakatan. Trump sebelumnya juga mengatakan Xi telah menyetujui proposal TikTok setelah panggilan telepon hampir dua jam dengan pemimpin China itu.

Namun, rilis resmi dari Beijing justru sedikit berbeda. Xi mengatakan pemerintahnya senang jika negosiasi bisnis produktif sesuai aturan pasar menghasilkan solusi yang sesuai hukum China dan memperhitungkan kepentingan kedua pihak.

Xi juga meminta AS untuk tidak memberlakukan pembatasan perdagangan sepihak serta menyediakan lingkungan yang terbuka, adil, dan non-diskriminatif bagi investor China.

Negosiasi terbaru TikTok ini muncul di tengah pembicaraan dagang yang lebih luas antara Washington dan Beijing, dengan harapan bahwa platform tersebut bisa dipakai sebagai alat tawar-menawar. Namun, sejumlah pakar menilai China sebenarnya tidak punya banyak insentif untuk mengizinkan ByteDance melepas kepemilikannya.