China Lebih Banyak Bangun Pabrik Mobil Listrik di Luar Dibanding Dalam Negeri

Posted on

Perusahaan mobil listrik China semakin agresif membangun pabrik di luar negeri demi menyaingi Tesla dan produsen mobil global lainnya. Untuk pertama kalinya sejak data dicatat pada 2014, mereka mencatatkan investasi luar negeri yang lebih besar dibanding dalam negeri.

Berdasarkan laporan terbaru dari firma konsultan asal Amerika Serikat, Rhodium Group, sekitar 74% investasi tertuju pada pembangunan pabrik baterai. Tak hanya itu pembangunan pabrik perakitan mobil di luar negeri juga mengalami pertumbuhan pesat.

Langkah ekspansi ini muncul di tengah persaingan ketat di pasar domestik China dan meningkatnya tarif impor untuk produk ekspor. Dengan membangun pabrik di luar negeri, perusahaan-perusahaan China berharap mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat guna memperluas pasar mereka.

“Regulasi yang semakin ketat di pasar seperti Uni Eropa menciptakan hambatan masuk baru dan akan mendorong lebih banyak perusahaan China untuk membangun fasilitas produksi di negara tujuan,” tulis laporan Rhodium, dikutip dari CNBC, Selasa (19/8/2025).

Investasi manufaktur dalam negeri oleh industri mobil listrik China anjlok dari US$ 41 miliar di 2023 menjadi hanya US$ 15 miliar di 2024, jauh di bawah puncaknya yang melebihi US$ 90 miliar pada 2022.

Sementara itu, investasi luar negeri memang masih lebih kecil secara nominal, tapi untuk pertama kalinya melampaui investasi domestik pada tahun 2024.

Penyumbang Investasi Terbesar

Menurut studi terpisah dari Rhodium yang dirilis akhir Juli, sektor otomotif menjadi penyumbang investasi luar negeri terbesar kedua dari China pada kuartal kedua 2025, setelah sektor material dan logam.

“Kami mencatat aktivitas yang lebih tinggi dari biasanya oleh produsen suku cadang mobil listrik, dengan delapan transaksi bernilai lebih dari USD 100 juta,” tulis laporan itu.

Yang terbesar di antaranya adalah investasi US$ 293 juta dari GEM, produsen material baterai asal China, untuk memperluas fasilitas precursors di Indonesia. Sejumlah proyek pabrik luar negeri yang diumumkan dalam beberapa tahun terakhir juga mulai beroperasi.

Misalnya, Great Wall Motor mengumumkan akhir pekan lalu bahwa mereka telah meresmikan pabrik pertamanya di Brasil, dan dikabarkan tengah mempertimbangkan pembangunan pabrik kedua di kawasan tersebut, dengan keputusan final yang bisa keluar pertengahan tahun depan.

BYD, raksasa mobil listrik China, juga mulai memproduksi mobil di pabrik pertamanya di Brasil sejak Juli lalu, meski sebelumnya sempat dikenai denda karena pelanggaran ketenagakerjaan terhadap pekerja asal China.

Per Juli 2025, BYD telah menjual lebih dari 545.000 unit mobil di luar negeri, melampaui total penjualan global sepanjang 2024 yang tercatat lebih dari 417.000 unit. Sementara itu, produsen baterai China Envision juga telah memulai produksi di pabrik barunya di Perancis sejak Juni lalu.

Sedikit yang Jadi

Namun, investasi-investasi di atas hanya mencakup proyek yang sudah selesai. Rhodium mencatat, hanya 25% dari seluruh rencana pembangunan pabrik luar negeri yang benar-benar terealisasi, jauh di bawah tingkat penyelesaian proyek dalam negeri yang mencapai 45%.

Artinya, proyek luar negeri dua kali lebih mungkin batal dibanding proyek dalam negeri. Selain tantangan eksternal, perusahaan China juga menghadapi tekanan dari dalam negeri.

Beijing semakin khawatir soal potensi kebocoran teknologi, kehilangan lapangan kerja, dan proses deindustrialisasi. Hal ini bisa mendorong penguatan kontrol terhadap investasi keluar, terutama di sektor strategis seperti kendaraan listrik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *