Perum Bulog telah menyerap 1,7 juta ton setara beras hingga 28 April 2025. Realisasi ini merupakan bagian dari penugasan penyerapan 3 juta ton setara beras.
Direktur Utama Perum Bulog Novi Helmy Prasetya menargetkan serapan gabah panen kering (GKP) lebih tinggi dibandingkan beras. Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto. Pada penugasan ini, Bulog menargetkan serapan GKP 2,5 juta ton dan beras 1.665.503 ton.
“Sehingga realisasi sampai dengan sekarang gabah kita menyerap sejumlah 2.058.470 ton. Kemudian berasnya itu 563.518 ton. Artinya, di sini memang serapan kita berpihaknya kepada para petani,” kata Novi saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025).
Dengan begitu, realisasi serapan gabah 82,67% dan beras mencapai 33,83%. Apabila dikonversikan dari realisasi tersebut, serapannya mencapai 1,7 juta ton setara beras.
Novi menilai realisasi serapan itu merupakan tertinggi sejak Bulog berdiri pada 1967. Pada bahan yang dipaparkannya, Bulog menyerap 176.148 ton setara beras pada 2020, kemudian naik menjadi 572.889 ton setara beras pada 2021, setahun kemudian serapannya turun menjadi 265.290 ton.
Lalu pada 2023, serapan Bulog naik tipis menjadi 296.300 ton, kemudian 2024 serapannya turun kembali menjadi 259.976 ton. Pada 2025, serapan Bulog melonjak tinggi dengan angka sementara 1,7 juta ton setara beras.
“Alhamdulillah kita sudah menyerap 1,7 juta ton setara beras, sehingga kita sampai dengan sekarang kurang lebihnya 57,9%. Ini merupakan serapan gabah, sepanjang 1967 Bulog itu berdiri dan ini merupakan sesuatu yang sangat masif,” imbuh Novi. cetak