Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan sejumlah Badan Usaha (BU) penyalur Bahan Bakar Minyak (BBM) telah mengirimkan data terkait kebutuhan impor BBM untuk tahun depan. Data tersebut nantinya akan menjadi dasar untuk penetapan kuota impor tahun depan.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman mengatakan Kementerian ESDM akan berusaha mematangkan penetapan kuota impor bbm tersebut sesuai dengan kebutuhan BBM di SPBU swasta yang saat ini mengalami peningkatan. Hal ini dilakukan agar kondisi kelangkaan BBM yang terjadi tahun ini tidak terulang kembali tahun depan.
“Badan Usaha Swasta yang telah mengirimkan datanya. Yang mana data ini nanti akan kita manfaatkan untuk penetapan lebih lanjut kuota di tahun 2026. Sehingga kita tidak lagi menghadapi permasalahan yang sama seperti tahun 2025,” kata Laode dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).
Shell dan BP-AKR nilai tambahan kuota impor 2025 sebesar 10% tak mencukupi kebutuhan tahun ini. President Director & Managing Director Mobility Shell Indonesia Ingrid Siburian mengatakan kelangkaan BBM khususnya bensin itu dimulai sejak bulan Agustus.
“Saat ini yang ada mungkin tidak ada sampai 10 bapak dan ibu, hanya sekitar 5 SPBU yang kalau kami melihat besok malam mungkin juga sudah habis. Jadi memang kami benar-benar mengalami stock out, kelangkaan untuk BBM jenis bensin,” katanya.
Namun sebenarnya kata Ingrid, pihaknya sudah meminta kuota impor tambahan sejak Juni 2025. Ia menyampaikan penambahan ini dilakukan melihat kenaikan permintaan di SPBU Shell.
“Namun kami baru menerima tanggapan resmi melalui surat dari Bapak Wakil Menteri ESDM itu tertanggal 17 Juli 2025, yang menyampaikan adanya pembatasan terhadap kegiatan import. Jadi terkait adanya pembatasan importasi. Mungkin seperti Bapak Ibu ketahui, surat tersebut mengatakan bahwa import saat ini dibatasi hanya 10% di atas penjualan dari tahun 2024,” katanya.
Di tempat yang sama, Presiden Direktur BP-AKR Vanda Laura menjelaskan pihaknya telah melihat adanya potensi kekurangan pasokan BBM sejak Juni 2025. Dengan kondisi itu, BP-AKR kemudian meminta penambahan atau penyesuaian import kuota.
“Kemudian bulan Juli kami mendapatkan surat dari Pak Wamen waktu itu yang menyatakan 110%. Sedangkan kalau kita bicara di cap 110% Pak, kami ini kan ada rencana untuk buka 10 SPBU baru lagi Pak, sampai dengan akhir tahun. Apakah itu cukup? Tentunya belum. Harapan kami kalau misalnya kami ada peningkatan dari tahun ke tahun itu pastinya di atas 10%,” katanya.
Vanda memperkirakan BBM di SPBU BP-AKR akan habis pada akhir bulan ini. Saat ini pun SPBU yang masih menyediakan BBM hanya ada di luar dua lokasi.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Saat ini hanya tinggal mungkin sekitar 1-2 SPBU kami saja Pak, yang masih menjual BBM gasoline atau bensin. Mungkin sampai akhir bulan ini (sudah habis) Pak,” katanya.
Simak juga Video ‘Tanggapan Bahlil Digugat Imbas BBM Swasta Langka’: