Bos BEI Temui Pimpinan MSCI di New York, Bahas Nasib Metodologi Free Float baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Bursa Efek Indonesia (BEI) menemui penyedia indeks saham global Morgan Stanley Capital International (MSCI) untuk membahas tentang perubahan metodologi penghitungan free float. Pertemuan tersebut digelar di New York, Amerika Serikat (AS) minggu lalu.

Pertemuan itu dihadiri langsung oleh Direktur Utama BEI, Iman Rachman, dan sejumlah pimpinan MSCI. Dalam pertemuan tersebut, BEI menyampaikan penghitungan free float yang berlaku di bursa Indonesia.

“Jadi, minggu lalu Pak Iman ke New York ketemu dengan MSCI, pimpinan MSCI. Harusnya, diskusinya cukup konstruktif,” ungkap Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (17/12/2025).

Jeffrey menjelaskan, kriteria free float di bursa Indonesia jauh lebih ketat ketimbang negara lain. Di pasar modal Indonesia, terang Jeffrey, kepemilikan saham sebesar 5% tidak dihitung sebagai free float. Sementara di bursa negara lain, 10% kepemilikan saham masuk sebagai free float.

“Kita juga tetap ingin mendengar kira-kira ekspektasi dari MSCI apa? Nah, misalnya kemudahan untuk melihat data dan lain-lain, apa yang bisa kita provide tentu akan kita usahakan untuk kita berikan untuk meningkatkan transparansi dan lain-lain,” jelasnya.

Jeffrey menambahkan, BEI juga menekankan agar MSCI berlaku adil dalam menerapkan metodologi penghitungan free float. BEI meminta metodologi yang akan diterapkan berlaku universal untuk seluruh negara dan tidak diskriminatif.

“Jadi, tidak berlaku khusus kepada negara tertentu. Nah, itu yang kita sampaikan,” imbuhnya.

Namun begitu, Jeffrey tak menyebut keputusan usai pertemuan tersebut. Ia juga menegaskan, BEI tidak mengintervensi keputusan MSCI sebagai index provider global.

Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.

“Sekali lagi kembali kita tetap menghormati independensi dari index provider. Jadi, kita sama-sama lihat saja bagaimana. Tapi paling tidak, bursa sudah menggunakan waktu yang diberikan untuk menyampaikan concern,” ujar dia.

Sebagai informasi, beberapa bulan lalu MSCI meminta masukan kepada para pelaku pasar terkait rencana penggunaan Monthly Holding Composition Report yang dipublikasikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai tambahan referensi dalam menghitung free float saham emiten Indonesia.

Diketahui saat ini, emiten di Indonesia hanya melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan leih dari 5% kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Sementara berdasarkan data KSEI, free float yang dilaporkan di bawah 5% dan memberikan klasifikasi pemegang saham, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih rinci terkait pemegang saham 5%.

Selain wacana penggunaan laporan KSEI tersebut sebagai referensi tambahan, MSCI mengusulkan agar estimasi free float ditentukan berdasarkan nilai terendah. MCSI mengusulkan free float dihitung menggunakan data kepemilikan yang dilaporkan emiten dalam keterbukaan informasi, reports, dan press release, berdasarkan metodologi MSCI.

Kemudian, free float yang diestimasikan berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script, kepemilikan korporasi, dan others sebagai non-free float. Secara alternatif, MSCI mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI, dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan korporasi sebagai non-free float.

“Sebagai catatan, wacana ini belum pasti diberlakukan dan masih menunggu masukan dari para pelaku pasar. MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025, dengan hasil dari konsultasi akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Jika proposal tersebut diterapkan, perubahannya akan diimplementasikan pada review indeks bulan Mei 2026,” tulis laporan Stockbit beberapa waktu lalu.