Brasil mengajak Indonesia untuk bisa berdagang dengan mata uang lokal. Ajakan ini diungkapkan langsung oleh Presiden Brasil Lula da Silva kepada Presiden Prabowo Subianto saat melakukan pertemuan di Jakarta pekan lalu.
Ajakan ini diungkapkan Lula karena memandang Indonesia dan Brasil merupakan kekuatan ekonomi besar dan harus bisa berdiri sendiri tanpa bergantung pada satu negara saja.
Ide yang diungkapkan Lula pun dinilai masuk akal. Menurut Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan secara teknis usulan Lula bisa dilakukan oleh Brasil dan Indonesia.
Menurutnya, Indonesia sudah banyak melakukan transaksi perdagangan menggunakan mata uang lokal dengan berbagai negara lewat kerangka local currency settlement.
“Secara teknis, pendekatan seperti yang diusulkan Presiden Lula, menggunakan sistem pembayaran digital seperti Pix Brasil dan Qris Indonesia, sepenuhnya memungkinkan. Mekanismenya bisa dijalankan melalui kerangka local currency settlement atau LCS, yaitu penyelesaian transaksi langsung antar bank sentral atau lembaga keuangan tanpa perlu perantara dolar AS,” beber Yusuf Rendy ketika dihubungi detikcom, Selasa (28/10/2025).
Dia mengatakan kerangka transaksi ini sudah tidak asing bagi Indonesia. Sejak 2016, kerangka ini sudah lebih diterapkan dengan sejumlah mitra dagang utama, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, China, dan Korea Selatan.
Bahkan, pada 2025, nilai transaksi LCS di kawasan Asia Tenggara saja sudah mencapai rekor sekitar US$ 14,1 miliar dolar AS. Menurutnya sistem LCS sudah mapan, tidak akan sulit menerapkan hal yang sama dengan Brasil.
“Jadi, ide Lula pada dasarnya merupakan perluasan dari praktik yang sudah mapan, dengan tujuan mengurangi biaya konversi dan risiko fluktuasi nilai tukar,” kata Yusuf Rendy.
Sementara itu, Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan di era sekarang skema kerja sama antar negara memang menjurus ke perjanjian bilateral yang eksklusif antar dua negara.
Tak mengherankan bila Brasil mengajak Indonesia untuk melakukan perdagangan dengan mata uang lokal. Baginya, hal itu memang sangat bisa dilakukan.
“Saya melihat skema kerja sama sekarang bukan kerja sama regional atau multilateral, melainkan kerja sama bilateral. Ketika ingin memperluas perdagangan, ya kita harus satu per satu untuk membahas kerja samanya. Pun dengan Brazil, untuk melakukan perdagangan dengan mata uang lokal,” kata Nailul Huda ketika dihubungi detikcom.
Di sisi lain, langkah yang diusulkan Lula ke Prabowo juga menjadi sebuah ajakan penting untuk menunjukkan pergerakan lepas dari ketergantungan Dolar AS atau dedolarisasi. Indonesia dan Brasil sebagai negara dengan ekonomi yang besar sudah saatnya lepas dari ketergantungan mata uang negeri Paman Sam.
“Saya merasa langkah tersebut juga dipengaruhi oleh keinginan lepas dari ketergantungan dolar US atau dedolarisasi,” lanjut Nailul Huda.






