Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya Sugiarto bercerita ketika dirinya menjabat sebagai Wali Kota Bogor. Pada kala itu, ia tersentil dengan pernyataan Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) saat berkunjung ke Bogor.
Menurut Bima, kala itu Jokowi menyinggung tentang kota-kota di Indonesia yang tidak memiliki karakter lantaran punya tagline yang serupa.
“Di ujung masa Pak Jokowi, beliau pernah mengeluarkan satu statement yang membuat malu kepala daerah. Katanya gini, ‘saya nggak abis pikir seluruh kota di Indonesia tagline-nya sama. Semua pakai ber, beriman, berhiber, ber ber ber, semuanya ber. Tidak ada karakter yang keluar di sana’,” kata Bima dalam sambutannya di acara Sarasehan Hari Agraria dan Tata Ruang Nasional 2025 di Hotel Sheraton Gandaria, Jakarta Selatan, Kamis (6/11/2025).
Kondisi tersebut seolah-olah menampilkan bahwa kota-kota ini memiliki Standard Operating Prosedur (SOP) yang sama sehingga punya tagline yang serupa. Hal ini ditambah lagi dengan tampilan tata kota yang juga serupa.
“Kemudian kota-kota itu lautan ruko, lautan angkot, lautan PKL, gitu. Disambut dengan suasana ambience yang sama, karena itu kata presiden, perlu vision terobosan, mulai dari perencanaan, sampai kemudian eksekusi, sehingga kota-kota itu keluar karakternya,” ujarnya.
Menurut Bima, penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) yang sesuai menjadi salah satu kunci untuk menguatkan karakter tiap-tiap daerah. Dengan demikian, kawasan perkotaan di Indonesia tidak terbentuk seolah dengan mengacu pada satu prototipe.
Dengan demikian, ia menilai bahwa diperlukan adanya pergeseran paradigma dari para kepala daerah. Dalam hal ini, RDTR jangan hanya dianggap sebagai zonasi untuk mengatur penempatan atau plotting pembangunan.
“Tetapi lebih dari itu, kita berharap RDTR ini bisa membuat kota bertransformasi dari sekedar kota yang sama prototipenya, menjadi kota yang kita mimpikan, kota yang berkelanjutan, kota hijau, dan kota inklusif, serta ekonominya tumbuh,” kata dia.






