Pemerintah Mali menangguhkan kegiatan belajar mengajar di sekolah dan universitas di seluruh negeri sampai 9 November 2025 imbas kelangkaan bahan bakar (BBM). Hal ini dilakukan mengingat pergerakan tenaga pengajar dan siswa sangat terbatas akibat kelangkaan tersebut.
Melansir BBC, Rabu (29/10/2025), negara di Afrika Barat ini mengalami kelangkaan BBM karena pemberontak yang terkait dengan al-Qaeda memberlakukan blokade dengan menyerang tanker-tanker pengangkut bahan bakar di jalan raya utama.
Di sisi lain, Mali tidak memiliki akses sama sekali ke laut mengingat letak geografisnya yang berada di tengah daratan Afrika dan terhimpit oleh negara lain. Kondisi ini lah yang membuat semua pasokan BBM harus didatangkan melalui jalan darat dari negara tetangga seperti Senegal dan Pantai Gading.
Akibatnya selama berminggu-minggu Mali dilanda kekurangan bahan bakar, terutama di ibu kota Bamako. Antrean panjang kerap terjadi di sekitar SPBU di Bamako dalam beberapa minggu terakhir, dan jalan-jalan kota yang biasanya ramai kini dilaporkan menjadi sepi.
Pemerintah militer yang dipimpin oleh Jenderal Assimi Goita sempat meyakinkan penduduk bahwa krisis ini hanya masalah sementara pada awal Oktober kemarin. Namun ternyata krisis BBM ini terus berlanjut hingga melumpuhkan berbagai macam aktivitas di negara itu, termasuk proses belajar.
“Pihak berwenang melakukan segala cara untuk mengakhiri krisis sehingga kelas dapat dilanjutkan pada 10 November,” kata Menteri Pendidikan Amadou Sy Savane saat memberi pengumuman penutupan semua lembaga pendidikan di televisi pemerintah.
Di luar itu, Kedutaan Besar AS di Bamako mengumumkan bahwa staf diplomatik non-esensial dan keluarga mereka akan dikirim kembali ke Negeri Paman Sam karena krisis bahan bakar dan masalah keamanan.
Dikatakannya krisis BBM yang melanda Mali telah memengaruhi pasokan listrik gedung Kedutaan Besar yang berpotensi mengganggu sistem keamanan gedung secara keseluruhan dengan cara yang tidak dapat diprediksi. truk






