Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melaporkan setidaknya sudah ada dua bencana besar yang terjadi dalam periode dua minggu terakhir. Salah satu di antaranya ialah banjir dan tanah longsor pada sejumlah daerah di Sumatera yang beberapa waktu belakangan mendapat sorotan.
Bencana dengan skala besar menimpa sejumlah titik di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat. Selain di Sumatera, banjir bandang dan tanah longsor juga sempat terjadi di Cilacap dan Banjarnegara.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan bencana yang belakangan terjadi berlangsung sangat cepat, sementara pemerintah dan masyarakat belum sepenuhnya siap menghadapinya.
“Kita belum tahu, nanti kita akan mendengarkan dari BMKG, karena kita semuanya perlu persiapan. Sama seperti yang di Sumatera Utara, itu terjadi sangat cepat dan kemudian mungkin kita kurang siap untuk itu,” kata Tito dalam acara Rapat Koordinasi (Rakor) Pusat dan Daerah di Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (1/12/2025).
Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan. Seban menurutnya, peristiwa serupa dapat terjadi sewaktu-waktu dan di berbagai wilayah tanpa bisa diprediksi. Tito berharap, menyusul rakor hari ini, para kepala daerah segera menggelar rapat dengan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan yang berhubungan dengan stakeholder kebencanaan.
Sementara itu, Wakil Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Wamenko Polhukam) Lodewijk Freidrich Paulus menyoroti keberadaan Siklon Tropis Senyar dan Siklon Tropis Koto sebagai salah satu penyebab cuaca ekstrem di Pulau Sumatera.
“Ini rupanya terjadi 25 tahun yang lalu, berulang sampai saat ini. Yang tentunya ke depan kita harus prediksi meningkatnya bencana ini pada Desember 2025 hingga awal Januari 2026. Cuaca ekstrem, angin kencang, puting beliung, banjir, tanah longsor dan gelombang pasang berpotensi terjadi di beberapa wilayah,” kata Lodewijk.
Ia menambahkan, Filipina bahkan menghadapi lebih dari 10 siklon tropis setiap tahun. Namun menurutnya, dampaknya tidak terlalu signifikan karena negara tersebut telah menyiapkan langkah antisipatif.
“Mereka (Filipina) punya langkah-langkah antisipasi yang bagus. Nah apa yang terjadi di Provinsi Aceh, Provinsi Sumatra Utara, dan Provinsi Sumatra Barat tentu menjadi pembelajaran bagaimana kita menghadapi cuaca ekstrim yang akan datang,” ujarnya.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Atas kondisi tersebut, Lodewijk menekankan perlunya memperkuat pendekatan mitigasi bencana sebagai bagian integral dari strategi keamanan nasional. Bukan hanya untuk mengatasi kerawanan sosial atau kriminalitas, tetapi juga ancaman hidrometeorologi dan cuaca ekstrem.
Lihat juga Video ‘Korban Tewas Bencana di Sumatera Lebih dari 400 Orang’:
